Siapa Sebenarnya Daniel Mananta?

Hot Questions

Siapa Sebenarnya Daniel Mananta?

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Jumat, 07 Okt 2022 11:31 WIB

"To become a great communicator, lo harus become a great listener. Karena the secret of communication is listening. Misalnya waktu gue ketemu UAS (Ustaz Abdul Somad), kondisinya gue di hari ke-2 sakit tifus, otak gue sudah kosong banget, tapi ternyata orang-orang yang nonton masih dapat sesuatu. Gue nggak perlu ngomong banyak, hanya perlu mendengar dan penonton bisa menemukan jawaban. That's the essence of communication, ketika lo udah mengosongkan diri lu dan Tuhan memakai lo lewat kemampuan yang lo punya, which is communication."

Untuk membuktikan perkataannya bahwa dia adalah seorang penyampai pesan, maka kita coba bedah sebagian dari apa yang dia lakukan. Kira-kira ada pesan apa di balik hal tersebut. Coba dimulai dengan tema unit bisnis yang dia lakukan, yang mana semuanya bernapaskan nasionalisme.

"Gue pengen Indonesia yang gue tinggalkan itu adalah tempat yang jauh lebih baik untuk anak-anak gue dan untuk generasi ke depannya. Gue nggak pengen lagi anak-anak gue harus takut akan kerusuhan dan dia yang ditargetkan, ada kekerasan terhadap ras-ras tertentu. Gue benar-benar mau ketika anak gue tumbuh dewasa, dia tumbuh di Indonesia yang toleran. Kalau dibilang ini sensasi karena gue Cina terus bikin bisnis nasional, DAMN! I Love Indonesia itu juga sudah sempat mau bangkrut, kemudian diselamatkan oleh investor, bukan label selebriti atau Cina gue."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Daniel ManantaDaniel Mananta Foto: Pradita Utama/detikcom

"Di hotel, Cartel, gue mau menggambarkan hebatnya kreator-kreator asli Indonesia. Ada beberapa yang karyanya sudah sampai internasional. Di hotel itu dua kamar yang connecting room dan itu kesannya kayak lo lagi nginep di era 17 Agustus 1945 dan kamar sebelahnya itu kayak lo berasa di 17 Agustus 2045. Kalian kalau nginep, satunya yang Indonesia baru merdeka banget, satu lagi sudah futuristik."

"Di YouTube, gue coba sampaikan dengan analogi bertetangga yang baik. Lo nggak bisa memilih siapa tetangga lo, tapi lo bisa memilih respons lo terhadap mereka. Minimal dengan apa yang gue buat, bisa memberikan benih-benih kepada calon pemimpin kita berikutnya, it's a big dream, tapi minimal ada dampaknya. Mungkin belum bisa lihat sekarang, tapi ketika penonton gue sudah menjadikan kebiasaan menikmati podcast gue, YouTube gue, lama-lama akan terasa."


(mif/nu2)

Hide Ads