Daniel Mananta, The Maze Runner

Hot Questions

Daniel Mananta, The Maze Runner

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Kamis, 06 Okt 2022 06:10 WIB
Jakarta -

Setiap orang sudah pasti memiliki lika-liku kehidupannya sendiri-sendiri. Ada yang kemudian muncul sebagai yang paling kuat meski tak beruntung, seperti Minho yang diperankan Ki Hong Lee dalam film The Maze Runner. Ada juga mereka yang lemah, tapi selamat hingga akhir. Dan yang paling unggul, para pemenang layaknya Thomas (Dylan O'Brien) yang selamat dari labirin bikinan Wicked.

Caranya sama, terus bergerak. Bisa berjalan, berlari, tentu saja berhenti sejenak dan beristirahat, untuk kemudian bergerak kembali.

detikHOT bertemu salah satu dari 'the maze runner', orang yang terus berlari dan bergerak atas nama perjalanan hidup yang berliku. Daniel Mananta, dikenal dengan baik dari suara, gaya dan wajahnya, sebagai seorang VJ, MC, presenter, YouTuber, juga seorang pelari maraton, dalam konteks olahraga, maupun perjalanan hidup.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Keep march, keep running. Keep running the race, karena the race isn't over, it's not finish yet," itu katanya kepada detikHOT pada kalimat terakhir sebelum wawancara selama kurang lebih dua jam itu selesai.

Daniel ManantaDaniel Mananta Foto: Pradita Utama/detikcom

Mundur pada menit pertama obrolan, detikHOT dan Daniel Mananta bertemu di salah satu unit bisnis miliknya, restoran bernama Padamu Negeri di Mall Kota Kasablanka, Jakarta Selatan. Di sebuah sore, senyum merekah dan lesung pipinya yang khas menyapa. Sangat cerita, seperti kaus merah muda dan jaket kulit coklat yang dikenakannya.

ADVERTISEMENT

Dalam kalimat pembukanya, yang kemudian memengaruhi seluruh isi wawancara, Daniel mengatakan bahwa di jalan menuju pertemuan, dia merasa bahwa wawancara ini akan seperti biografi baginya. "Gue ngerasa kayaknya ini akan jadi biografi gue. So, let's do it from the beginning," ucapnya.

Menit berikutnya, pria kelahiran 14 Agustus 1981 itu membuka cerita dengan Mangga Dua. Salah satu kawasan pusat perdagangan di utara Jakarta, tempat dia dan orangtuanya berjualan. Modal ilmu akademis yang dibawanya pulang dari Australia, SMA di Okswana College dan Edith Cowan University, digunakan sebaik-baiknya untuk berdagang dan melakoni pekerjaan samping berjualan Multilevel Marketing (MLM). Beruntungnya, keduanya berhasil walaupun dia tak sepenuhnya senang.

Daniel ManantaDaniel Mananta Foto: Pradita Utama/detikcom

"I really didn't like it. Gue suka presentasi, tapi gue nggak suka jualannya. Untuk follow up orang beli barang gue itu gue nggak suka, kayak gue gengsi. Jadi, ke mana-mana gue yang presentasi semua, tapi nggak disuruh beli," ujarnya.

2003, MTV Indonesia, program televisi paling gaul yang telah mengudara sejak 1995 itu membuka sayembara untuk mencari host atau VJ baru. Daniel Mananta pesimis di awal, tidak mengerti pergaulan Jakarta dan Indonesia karena baru pulang dari luar negeri, serta suku Tionghoa yang rasanya bisa menjadi hambatan paling besar, apalagi saat itu masih sangat membekas dalam ingatan dan kondisi jalanan, awan gelap kerusuhan 1998.

"Gue mikirnya nggak mungkin karena kita Chinese, kapan ada Chinese di dunia entertainment, itu konteksnya. Gue bikin first vlog ever made, pake handycam gede, bikinnya kayak kokoh Mangga Dua lah pokoknya. Minggu depannya, MTV telepon minta datang untuk casting. Setelah selesai, respons dari mereka kok gue bagus, mereka tanya gue punya latar belakang entertainment atau nggak. Dari 6.000 pelamar, gue terpilih menjadi 10 finalis untuk karantina dan dari 10 gue yang jadi pemenangnya. Dan, gue akhirnya menyadari, gue bagus pun karena jualan MLM selama tiga tahun di Australia itu. The rest is history and that was almost 20 years ago," cerita Daniel.

Menjadi VJ MTV seolah garis start dalam maraton hidupnya. Dia berlari di bawah lampu sorot ketenaran dan hujan cuan pekerjaan, sebagai MC, presenter dan sejenisnya. Dirinya sempat masuk ke dalam daftar jajaran MC/Host & presenter dengan bayaran paling mahal di Indonesia. Dengan lapang dada, dia mengakui bahwa dirinya memanfaatkan dengan semena-mena nama besarnya itu.

"Too long in the spotlight will make you blind. Jadi, kalau lo terlalu lama menjadi sorotan, itu akan membutakan lo. Gue nggak peduli lagi mau itu teman atau lawan, gue main sikut agar gue tetap ada di dalam sorotan itu. Gue mengeksploitasi ketenaran gue dan itu dia kenapa gue sangat insecure sama hidup gue saat itu. Gue takut kapan gue akan tergantikan oleh presenter baru, oleh orang-orang yang lebih keren, tiap malam nggak bisa tidur mikir apa gue besok masih laku atau nggak. Ditambah waktu sekolah itu gue sebenarnya di-bully, gue jadi takut kalau gue sudah nggak tenar, apakah gue akan kembali jadi orang yang di- bully."

"Akhirnya gue lari ke alkohol, party. Setiap gue abis party, gue merasa gue jadi orang paling keren sedunia, tapi pas selesai, gue kembali insecure. Gue MC gila-gilaan, selesai kerja bukannya istirahat malah party. Kadang langsung ke bandara, party sama temen di Singapura. Hidup gue benar-benar hancur saat itu."

Daniel ManantaDaniel Mananta Foto: Pradita Utama/detikcom

Pelarian Daniel pada fase tersebut membuahkan hasil dirinya harus terjebak dalam labirin, depresi dan berpikir bahwa semuanya akan mati. Modal kerjanya yang paling utama, suara, hilang total pada 2012. Popularitas, party bahkan istri yang saat itu sudah dimilikinya setelah menikah pada 2011, tak mampu membuatnya merasa baik-baik saja.

"Gue depresi karena selama sebulan suara gue nggak balik dan kata dokternya gue harus operasi. Dokter bilang tiga minggu kemudian suara gue bakal balik, tapi nggak terjadi. Gue benar-benar ketakutan banget kalau gue nggak tenar lagi. Di momen itu gue mulai mencari Tuhan, gue menyogok Tuhan dengan tiap hari ke gereja, tapi ternyata Dia nggak mau. Kemudian gue disarankan sama Sandra Dewi untuk ketemu teman nyokapnya, Pak Benyamin Ratu, dia katanya punya karunia penyembuh gitu, pas didoakan, gue nangis. Di satu malam, tiba-tiba gue seperti mendengar bisikan dari dalam hati, 'lagi proses penyembuhan kok'. Setelah itu, gue kayak tiba-tiba aja punya keyakinan kalau suara gue bakal sembuh kok. Di situ gue mendapatkan kedamaian yang selama ini gue cari, tapi nggak bisa gue dapatkan. Kayak kedamaian secara supernatural, malam itu gue tidur nyenyak banget dan perlahan suara gue kembali."

2012 menjadi titik nadir bagi Daniel, dia mengatakan bahwa dirinya menjadi orang yang terlahir kembali. Bahkan di berbagai kesempatan Daniel Mananta menyebut usianya pun dihitung ulang sejak tahun itu, demikian juga babak baru hidupnya yang lebih spiritual dengan mengerjakan apapun atas nama Tuhan.

Daniel ManantaDaniel Mananta Foto: Pradita Utama/detikcom

"Jadi, sekarang ini apakah yang gue lakukan buat ketenaran? Not anymore. Tapi yang gue lakukan adalah untuk membuat orang-orang semakin mengenal atau setidaknya kembali lagi merindukan Tuhan, apapun agamanya. Karena ini adalah pemberian dari Tuhan dan gue akan mengembalikan lagi ke Tuhan. Jadi, ketika popularitas gue itu adalah rencana Tuhan dan ketika gue nggak famous lagi, ya itu rencana Tuhan."

Setelah periode itu, pelarian Daniel Mananta dalam labirin memang tak lantas usai, tapi seperti telah menemukan pola dan titik terang. Tak hanya suaranya dan Ketuhanan, tapi juga kepribadian sebagai suami dan ayah turut membaik. Sifat egoisnya yang dulu diakui begitu tinggi, perlahan merendah dalam peluk kasih dan cinta istri, Viola Maria, serta dua anaknya, Mila dan Noam Mananta.

"Ketika gue memutuskan untuk menjadi seorang suami dan bukan lagi seorang pacar, mindset gue berubah. Gue memutuskan untuk melayani, mendengarkan dan melakukan validasi perasaan-perasaan dia, memperlakukan dia sebagai ratu gue. Ketika gue mulai memperlakukan dia sebagai my queen, I finally become a king."

"Ke anak-anak, gue sebisa mungkin selalu bilang sama mereka, bahwa gue adalah ayah yang sayang banget sama mereka, gue bangga banget dengan mereka, bahwa mereka adalah anak yang terbaik di dunia. Kadang gue disiplin, marah, tapi itu untuk kebaikan kalian. Setiap malam gue omongin, mungkin mereka bosen kali ya."

Daniel ManantaDaniel Mananta Foto: Pradita Utama/detikcom

Kembali kepada kutipan pertama Daniel Mananta atas prinsip hidupnya untuk terus berjalan dan berlari, Daniel Mananta akan terus memegang itu. Tidak hanya untuk hidupnya, tapi juga hobi favoritnya. Saat tulisan ini dipublikasi, pria 41 tahun itu mungkin sedang berada di Amerika Serikat untuk persiapan mengikuti Chicago Marathon 2022.

"Gue tahu garis finisnya masih panjang, dan seperti maraton yang gue lakukan, setiap hari berlatih untuk satu step lebih panjang, satu step lebih panjang. Minimal ada peningkatan setiap tahunnya, kalau misalnya gagal bagaimana? Coba lagi tahun depan. Every single day, every single year I want to be a better person. Keep marching, keep running. Keep running the race, karena the race isn't over, it's not finished yet," tandasnya.

Cerita Daniel Mananta belum berhenti di sini. MTV Indonesia sebagai pintu gerbang kesuksesannya turut diceritakan hingga tuntas, A-Z. Begitu juga dengan perjalanan spiritual yang membawanya sampai bertemu Ustaz Abdul Somad. Tanpa diminta, Daniel juga mengenang perjalanan rumah tangganya yang sempat diambang perpisahan. Ikuti terus hanya di detikHOT.


Hide Ads