Deddy Mizwar Serba Piala Citra

Hot Questions

Deddy Mizwar Serba Piala Citra

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Kamis, 30 Jun 2022 18:47 WIB
deddy mizwar
Deddy Mizwar Foto: Rifky/detikHot
Jakarta -

Orang tahu bahwa nama Deddy Mizwar melekat dengan baik dalam sejarah perfilman Indonesia. Dengan mudah menemukan lebih dari 50 koleksi filmnya, memilihnya menjadi yang paling favorit bagi versi masing-masing.

Di layar kaca, namanya pun harum lewat berbagai judul sinetron yang dihasilkan, pun diperankan. Apa yang banyak dari mereka tidak tahu adalah, Deddy Mizwar punya predikat sebagai 'satu-satunya' di perjalanan panjang penghargaan film nasional paling bergengsi, Festival Film Indonesia (FFI) yang pertama kali diselenggarakan pada 1955.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aktor 67 tahun itu meraih gelar terbaik, pada dua film berbeda, saat gelaran FFI yang sama, yaitu pada 1986. Pemeran Utama Pria Terbaik untuk film Ibunda, Pemeran Pembantu Pria Terbaik untuk film Opera Jakarta. Raihan anomali lainnya yang juga belum kunjung terpecahkan adalah, gelar Pemeran Utama Pria Terbaik untuk film Nagabonar pada FFI 1987 yang kemudian diraihnya lagi lewat karakter yang sama dalam sekuel Nagabonar Jadi 2 pada 2007, 20 tahun kemudian.

ADVERTISEMENT
deddy mizwardeddy mizwar Foto: Rifky/detikHot

"Ya itu, fenomenal dan belum pernah terjadi. Dan, belum pernah terjadi lagi," ujarnya kepada detikHOT saat ditemui di Kantor Citra Sinema, rumah produksinya miliknya di Kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur.

Namun, hal itu justru yang kemudian menjadi titik balik seorang Deddy Mizwar hingga membawanya pada nama yang dikenal saat ini. Seorang aktor, tapi juga produser dan sutradara, juga pembawa pesan keagamaan serta nilai kebangsaan dalam karya-karyanya.

"Justru saat itu bertanya-tanya, ada apa ini maksudnya? Kenapa Allah S.W.T memberikan suatu karunia yang tidak pernah orang lain rasakan? Makanya tahun 87 jadi titik balik, bagaimana belajar tentang merancang sebuah film. Bukan hanya sebagai aktor, tapi saya juga punya gagasan yang bisa diekspresikan dalam film. Makanya setelah saat itu, saya tidak mau dilibatkan hanya sebagai pemain saja. Kalau saya mau ngambilin sebagai pemain aja, udah kaya raya gue ambil semua. Saat itu angka kita nggak pernah ditawar kok," ceritanya sembari tertawa.

"Akhirnya, jadilah produser, belajar mengembangkan sebuah gagasan sampai jadi satu karya yang bisa ditonton. Terus, gue dapat titik balik lagi, jadi sutradara. Sinetron Abu Nawas (1993), itu sutradaranya pergi harus terima pekerjaan ke Jerman, terus dilempar ke gue. Astagfirullah, apa lagi ini? Ya sudah deh, Bismillah. Itu rupanya jalan yang Allah berikan, kita nggak pernah tahu apa sebab terciptanya. Memaksa kita untuk bertahan, berusaha untuk lebih, bukan karena gue pintar, tapi karena terpaksa."

Selain itu, gue sebagai aktor nggak mau mandek cuma karena popularitas. Gue nggak usah sebut, tapi banyak aktor-aktor yang laku, tapi karakternya sama semua. Gue mau keluar dari sana, ingin merambah karakter-karakter lain sebagai keresahan dari seorang aktor. Jadi, bukan karena gue pintar tapi karena ada keresahan kelenjar kreativitas kita yang mendorong-dorong."

Jelas sepertinya titik balik itu benar-benar membawanya bertemu cahaya di ujung terowongan. Sekitar 46 tahun, sejak 1976 sampai 2022, Deddy Mizwar terus melahirkan karya, di bioskop dan layar kaca.

Terbaru, film ketiga dari Nagabonar, Naga Naga Naga, sedang tayang di bioskop Indonesia. Melanjutkan lagi cerita komedi berlapis cinta keluarga dan Indonesia. Jika yang pertama berpusat pada sang jenderal, di film kedua jenderal dan anak laki-lakinya, kini melebar pada hingga menantu dan cucu.

deddy mizwardeddy mizwar Foto: Rifky/detikHot

"Cucunya perempuan kan ini generasi yang sekarang banget, generasi yang memegang peran untuk kehidupan bangsa ini ke depannya. Apa yang mereka miliki kepekaan dalam melihat situasi. Apa yang mereka harus lakukan menyiapkan diri untuk bisa bersaing dengan orang-orang dunia internasional. Bentar lagi kan pada mati gue nih, tinggal kalian semua yang melanjutkan, ini jadi pemikiran saya sehingga lahirlah Naga Naga Naga. Tidak soal laki-laki lagi, makanya cucunya perempuan, supaya siapapun dia, laki atau perempuan, apapun suku dan agamanya, dia berhak mencintai Tanah Airnya. Silakan ekspresikan dengan cara masing-masing dan semoga menginspirasi."

Jika detikers masih ingat dengan sinetron Lorong Waktu yang dulu populer, sedikit bocoran, karakter Haji Husin dan Zidan rencananya akan di-remake. "Lorong waktu itu futuristik, Insya Allah kita mau bikin lagi, mau kita remake ke dalam bentuk serial juga," bocor Deddy Mizwar.

Secara tiba-tiba, seketika raut wajah tim Citra Sinema, dari santai mendengarkan menjadi kaget. Ternyata, dengan cuek Deddy Mizwar baru saja memberikan bocoran lain dari proyek terbarunya yang terdengar cukup menjanjikan. Sudah ada judulnya, namun masih harus dirahasiakan.

"Jadi gue mau bikin film yang mengangkat cerita cinta orang-orang yang sudah tua. Pemainnya juga yang sudah senior semua, pemain anak muda hanya peran pembantu. Tapi, semua yang terlibat mereka yang menang Piala Citra. Pemainnya, produser, sutradara," ungkap Deddy.



Simak Video "Video: Sosok Mendiang Ray Sahetapy di Mata Ira Wibowo hingga Deddy Mizwar"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads