Tak cukup sensasi yang ditimbulkan penyanyi Jennifer Lopez, kini ia membuka lembar masa kecilnya yang penuh dengan kekerasan. Ia mengaku jadi korban pemukulan oleh sang ibu saat tumbuh di kawasan dengan tingkat kriminal tinggi yakni Bronx.
Pernyataan tersebut diungkapkannya dalam acara dokumenter terbarunya di Netflix yakni Halftime yang dirilis sejak 8 Juni lalu. Wanita berusia 52 tahun tersebut mengungkapkan hubungannya bersama sang ibu, Guadalupe Rodriguez, memanas sejak beberapa tahun lalu karena keduanya selalu cekcok.
Jennifer Lopez meninggalkan rumah dan keluarganya di usia 18 tahun untuk mengejar mimpinya sebagai aktris. Kala itu, ia pun bertengkar hebat dengan Guadalupe yang ingin ketiga anak perempuannya itu (Jennifer Lopez, Leslie, dan Lynda) agar bisa sukses dan mendapatkan pendidikan yang layak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ia melakukan apa yang harus dilakukan untuk bertahan hidup, itu yang membuatnya jadi (wanita) kuat namun juga keras. Ia (bisa) menghajarmu," ujarnya.
"Ibuku selalu, 'Jika kau ingin tinggal di rumah ini, kau harus menyelesaikan pendidikanmu.' Kami pun ribut pada suatu malam dan aku kabur," kenang J-Lo.
Jennifer Lopez pun mengatakan ibunya adalah sosok yang rumit. Namun, untungnya pada tahun-tahun ini keduanya sudah mulai akur kembali.
Dalam dokumenter tersebut Guadalupe Rodriguez juga menyampaikan pendapatnya. Ia melakukan itu semua karena memiliki ekspektasi tinggi pada putri-putrinya dan ingin mereka mendapatkan hidup yang lebih baik.
"Sejujurnya, Jennifer yang paling sulit (diatur). Kami kerap bertengkar. Aku jauh dari kata ibu yang sempurna. Satu hal yang selalu kukatakan, semua yang telah kulakukan, kulakukan dengan hati yang tulus," ungkapnya.
Sebelumnya Jennifer Lopez buka-bukaan soal ketidaksukaannya pada momen Super Bowl 2020, di mana ia harus berbagi panggung dengan Shakira. Ia bahkan menyebut menduetkan keduanya dalam satu panggung di momen tersebut sebagai ide terburuk di seluruh dunia.
(ass/mau)