Yogyakarta adalah salah satu kota produsen budaya pop paling aktif di Indonesia. Banyak sekali karya yang lahir dari tangan para seniman di sana. Mulai dari musik dalam berbagai genre, film pendek, panjang, dokumenter peraih gelar 'Terbaik' juga fashion dan semua turunannya. Karya tulis, gambar termasuk di dalamnya. Beberapa tahun terakhir, geliat gerai makanan pun mencuat menjadi tujuan wisata.
Di samping itu, Yogyakarta juga kota yang masih memegang tegus prinsip tradisi, adat-istiadat. Banyak tradisi yang hidup berdampingan dengan zaman modern tahun 2022 hari ini, pakaian, gestur, kepercayaan, pekerjaan dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebetulan, GKR Hayu dan suaminya, KPH Notonegoro mengemban tugas dari Keraton dan bersinggungan dengan kesenian. detikHOT dalam kunjungan ke Keraton Kilen untuk bertemu putri ke-4 dari Sri Sultan Hamengkubuwono X dan GKR Hemas, mengambil kesempatan untuk bertanya, tentang bagaimana pandangan dan posisi Kesultanan Yogyakarta di antara tradisi dan budaya pop.
![]() |
"Kalau kami sih sebenarnya sangat mendukung dan inginnya kolaborasi, tapi kami, karena atas nama Keraton, sebisa mungkin mereka juga harus aware. Kami mengerti bahwa budaya pasti akan berubah seiring perkembangan zaman, tapi ada prinsip-prinsip yang tidak bisa ditinggalkan. Kami tidak menentang, berkreasi itu bebas, cuma kalau sudah tidak sesuai pakemnya, itu yang nantinya disayangkan," tutur GKR Hayu.
"Hubungan kami dari sisi kebudayaan I think it's a good relationship sih sekarang. Sebisa mungkin kita menjadi jembatannya. Misalnya, batik gitu, kami yang di Keraton ini tugasnya adalah melindungi pengrajin batik. Berdasarkan UNESCO, batik itu adalah yang pake malam (lilin khusus membatik). Jadi, kalau yang di-printing itu bukan batik, itu tiruan batik. Cuman memang tidak bisa disangkal, that's cheap. Di satu sisi kemajuan teknologi tidak bisa dibendung, kemarin bahkan sudah ada mesin robot khusus membuat batik dan pakai malam. Di sisi lain kita harus melindungi," lanjutnya.
Jika bicara global, di mana sejumlah nama seniman di Yogyakarta beberapa sudah dikenal di luar negeri, contoh paling mudah Eko Nugroho dan karyanya bersama Louis Vuitton. Jika bicara keterlibatan, apakah layaknya pemerintah, Keraton Yogyakarta melibatkan diri dalam kaitannya mendukung hal tersebut?
![]() |
"Nah ini, jadi Keraton not necessary sama dengan Pemda (Pemerintah Daerah). Mungkin orang itu suka ranju karena gubernur dan rajanya sama. Kami sering ditanya sesuatu yang kemudian itu urusannya Pemda dan kami nggak tahu sama sekali. Bapak very strict mengenai conflict of interest dan Keraton tidak boleh intervensi. Bisa jadi Keraton mengeluarkan sesuatu yang sifatnya rekomendasi, tapi tanpa campur tangan," jawab GKR Hayu.
Baca juga: Girls Squad Keraton Yogyakarta |