Jakarta -
Sudah lumrah terjadi di setiap masjid memiliki organisasi turunan yang dihuni anak-anak muda yang biasa disebut remaja masjid. Remaja Islam Masjid Cut Meutia (RICMA) dari Menteng, Jakarta Pusat, adalah salah satu yang paling populer, baik di Jakarta, maupun secara nasional.
Banyak hal yang kemudian membuat RICMA menjadi rujukan dari remaja masjid lainnya. Usianya yang terbilang cukup lama, di tahun ini sudah memasuki 38 tahun. Serta kajian-kajian dan kegiatan lain yang mereka lakukan. Salah satu yang paling besar adalah Ramadhan Jazz Festival (RJF).
Secara jumlah, anggota Badan Pengurus Harian (BPH) RICMA dihuni 50 orang. Sedangkan anggota mereka yang tersebar di Jabodetabek, ditaksir sekitar 10.000 orang. Walaupun berada di pusat Jakarta, para anggota tidak semua berasal dari sekitar, banyak juga yang berasal dari wilayah lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memasuki bulan Ramadan, sudah pasti RICMA sibuk menjalankan program utamanya. Selain RJF yang tahun ini memasuki gelaran ke-11, ada juga Gema Ramadhan yang lebih fokus kepada kegiatan sosial, serta kegiatan iktikaf di 10 hari terakhir Ramadan. Di tengah itu semua, Muhammad Husein, Ketua Umum RICMA saat ini, menyempatkan diri untuk berbincang dengan detikHOT. Berbagi cerita lebih banyak tentang organisasi yang sudah dipimpinnya selama tiga tahun terakhir.
"Kalau berbicara mengenai RICMA sudah pasti isinya anak-anak muda, yang range umurnya itu sekitar 18 tahun, maksimal di kami itu 26 tahun. Isi-isi dari RICMA itu anak kuliahan tapi sembari kerja juga. Kita strategi dakwahnya anak-anak tongkrongan yang, ibaratnya nongkrongnya di luar, aktifnya di luar, bergaulnya di luar, kita pindahkan ke Masjid Cut Meutia, secara konsep seperti itu. Kenapa? Soalnya kita punya prinsip masjid bukan hanya jadi tempat ibadah saja, tapi semua aktivitas yang positif harus di masjid, apapun itu," buka Husein saat ditemui di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, saat sedang menggelar pre-event Ramadhan Jazz Festival 2022.
Sebagai peluru utama, RJF tahun ini yang digelar 22-23 April 2022 mengambil tema Melody of Kindness. Mereka mengusung narasi bahwa anak-anak muda harus lebih menyadari dan menentang hal-hal terkait radikalisme.
"Setiap minggu dan bulanan kita bikin kajian. Kajiannya membahas pelajaran sehari-hari, namanya fikih. Fikih harus kita sampaikan ke anak-anak muda biar anak-anak muda juga tahu, 'oh iya ya, berarti keseharian gue harus begini-begitu'. Tapi dari situ kita nggak memaksakan orang harus cepat berubah. Saya bilang ke anak-anak, 'lo dari latar belakang apapun, RICMA itu terbuka lebar pintunya buat siapapun'," sambungnya.
"Biasanya kalau dulu sebelum pandemi, di awal Ramadan kita juga bikin perkumpulan dengan teman-teman lintas agama se-DKI Jakarta. Seperti di 2019, ada sekitar 60 orang, lintas agama, kita bikin program mengenai sampai plastik yang sebaiknya didaur ulang. Panggil Pemprov DKI Jakarta bahwasanya bagi masyarakat yang sudah bikin kerajinan dari sampah plastik, botol dan lain-lain, silakan lempar ke Pemprov untuk dijual. Itu RICMA yang inisiasi," lanjut Husein lagi.
Ada banyak jalan yang bisa dilakukan sebagai pintu masuk. Salah satu yang paling sering adalah para volunteer atau sukarelawan yang terlibat di RJF. Usai kegiatan, para panitia yang didominasi anak-anak SMA dan kuliah awal itu diberi tawaran bergabung. Jika berkenan, mereka akan mengikuti pelatihan bernama RICMA Camp. Jenjang selanjutnya adalah menjadi BPH yang dapat bisa didapatkan usai melakukan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan).
"Jadi bukan hanya soal agama dan etika, tapi gimana caranya ngurusin acara. Buat teman-teman yang awam kita arahkan, bentuk proposal, komunikasi ke pihak luar, sponsor, kerja-sama dan lain-lain, secara birokrasi kita arahkan juga. Kita kasih wawasan, step by step-nya," jelas Husein.
Soal popularitas RICMA, tanpa bermaksud menyombongkan diri, Husein mengamini. Menurutnya pribadi, salah satu faktor yang terlihat adalah bagaimana kelompok remaja masjid lainnya sering datang untuk bertukar pikiran dan meminta saran.
"Kami harus menyadari itu, bahwasannya banyak remaja masjid yang datang ke Cut Meutia untuk sharing. Banyak juga secara tidak tertulis ya binaan-binaan, remaja masjid yang baru, yang di perkampungan. Apa yang selalu RICMA katakan ke mereka adalah, jangan samakan kami dan kalian, dalam artian, kami ini remaja masjidnya di tengah kota, yang ada pemukiman. Kalian kalau mau bikin program yang bermanfaat buat masyarakat sekitar. Dalam arti kita melengkapi sektor-sektor itu, teman-teman harus bermanfaat di situ, memberikan dampak positif," kata Husein lagi.
Mengenai dana operasional, Husein mengungkapkan hal itu berasal dari usaha mandiri yang mereka miliki. Dari mulai merchandise kegiatan di RJF sampai sebuah kedai kopi di pelataran Masjid Cut Meutia bernama Kopinang Kau.
Hal lain yang juga membuat nama RICMA mudah dikenal luas di kalangan remaja masjid lainnya atau pun secara umum anak muda di Jakarta adalah citra bahwa para anggota RICMA merupakan anak-anak muda yang dianggap keren dan gaul. Belum lagi penampilan mereka yang juga dinilai menarik.
"Memang kebetulan pasarnya pas banget, anak-anak muda. Bahwa kemudian mereka memiliki aktivitas di luar masjid, kita nggak menghalangi mereka. Asal, Cut Meutia itu rumah kedua lo. Jangan lo lupain ini. Banyak yang nikah ketemunya di RICMA atau ada juga yang sampai saat ini, belum pakai hijab, tapi kami tidak menutup itu. Siapapun boleh masuk RICMA, masuk jadi panitia RJF. Di sini jadi punya keluarga baru, yang datang ke sini juga santai aja. Buat kami secara sosial, etika, sopan santun, adab adalah yang utama, seberapa keren lo, kalau tanpa itu semua, nggak ada artinya."
Meskipun bergerak sebagai organisasi kepemudaan di bawah naungan yayasan masjid, sebisa mungkin RICMA juga turut memberikan manfaat bagi para anggotanya secara langsung. Salah satunya adalah jaringan pekerjaan yang dimiliki RICMA untuk membantu para anggota yang ingin mencari pekerjaan. Akan tetapi, yang harus menjadi catatan, bukan berarti RICMA bertindak sebagai medium mencari kerja.
"Link-link kerja sama yang RICMA punya selama ini, bisa kita tujukan untuk bantu temen-temen RICMA. Tapi gini, RICMA nggak bisa kasih kerjaan, Lo minta apa, RICMA nggak bisa kasih. Tapi, ketika lo punya keinginan, ambil dari RICMA, belajar di dalam. Itu kami bisa kasih dan Insya Allah ada," tandas Husein.
Kepada detikHOT, Husein juga bercerita lebih panjang lagi, misalnya, salah satu tema kajian mereka yang cukup kontroversi tentang pacaran. Dan pandangan para anak muda di RICMA tentang Islam yang kerap kali dikaitkan dengan poligami dan politik. Ikuti hanya di detikHOT.
Simak Video "Pulau Para Dewa, Bali yang Memaafkan dan Mengabulkan Doa"
[Gambas:Video 20detik]