Victoria's Secret kembali membuat gebrakan di dunia fashion. Pada Jumat (18/2) kemarin mereka mengumumkan bahwa pihaknya telah meluncurkan koleksi terbaru, Love Cloud, yang akan dipromosikan oleh model berusia 24 tahun yakni Sofia Jirau.
Sofia Jirau merupakan model pertama yang mengidap Down Syndrome yang ditampilkan oleh mereka. Model kelahiran Puerto Rico itu memulai karirnya menjadi model sejak tiga tahun lalu.
Dalam wawancaranya bersama Wall Street Journal ia mengatakan bahwa dirinya ingin menginspirasi orang lain yang mungkin mengalami keadaan yang sama dengannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahkan jika mereka memiliki Down Syndrome mereka masih bisa menjadi model, mereka masih bisa memiliki pekerjaan," katanya.
Selain itu Jirau juga memiliki kampanyenya sendiri, Sin Limites, yang meningkatkan kesadaran tentang Syndrome tersebut.
Koleksi Love Cloud, yang mengutamakan kenyamanan sepanjang hari itu akan dipromosikan oleh 18 model dengan latar belakang berbeda. Kampanye ini berfokus pada merayakan keragaman pada wanita sebagaimana yang menjadi kampanye Victoria's Secret.
"Dengan lini baru ini, kami meluncurkan bra dan celana dalam berkualitas tinggi dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari wanita, dalam upaya berkelanjutan kami untuk mengembangkan produk yang memperjuangkan wanita dan mendukung perjalanan individu mereka," kata Chief Design Officer Janie Schaffer, dalam sebuah pernyataan.
Baru-baru ini, Victoria's Secret telah memperluas mereknya untuk menampilkan model yang lebih beragam seperti Valentina Sampaio dari Brasil, model transgender pertama yang juga merupakan bagian dari kampanye ini.
Ada juga lebih banyak perekrutan ukuran model berukuran plus dalam beberapa tahun terakhir, karena perusahaan bertujuan untuk menjadi lebih inklusif. Pada hari Kamis, Victoria's Secret's Pink mengumumkan perwakilan mereka untuk brand dengan ukuran plus terbaru yakni bintang TikTok Remi Bader.
Victoria's Secret ingin menjadi lebih inklusif karena penjualannya telah menurun dalam beberapa tahun terakhir karena konsumen menolak citranya yang dianggap terlalu sensual.
Meskipun tetap menjadi merek dominan dalam kategori pakaian dalam, pesaing seperti American Eagle's Aerie, Cuup dan ThirdLove, mendapatkan lebih banyak pangsa pasar. Juli lalu, mereka meluncurkan rencana comeback, termasuk permintaan maaf dari CEO-nya, Martin Waters.
"Kami telah salah paham. Kami kehilangan relevansi dengan wanita modern," tuturnya.
(ass/nu2)