Putri Nurul Arifin, Maura Magnalia, meninggal dunia pada 25 Januari lalu. Kemarin ia telah dikebumikan.
Maura Magnalia dimakamkan di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat. Saat pemakaman, Nurul Arifin sempat memasukkan barang kesayangan putrinya ke dalam peti.
Setelah itu, Nurul Arifin menjelaskan alasannya. Ia sengaja memang ingin melakukan hal tersebut.
"Iya itu saya bawain barang kesayangannya kami masukin. Dia sehari sering minum sampai 6 liter, jadi dimasukin. Terus Marlboro itu rokok dia. Sepatu bots itu favorit dia ke manapun pergi pakainya itu. Terus ada buku bacaan, dia kan suka baca," kata Nurul Arifin.
Nurul Arifin juga mengungkapkan cita-cita Maura Magnalia. Sang putri ingin kuliah lagi dan meraih gelar profesor.
Namun, Nurul Arifin sempat menyesal melarang anaknya untuk belajar. Kini, cita-citanya pun kandas di tengah jalan.
"Dia mau jadi profesor, saya bilang, kalau dia kuliah terus nggak akan kerja, nanti kalau nggak kerja kapan belajar hal lain. Dia memang lebih suka belajar ya. Saya agak nyesel ya mendorong dia kerja, padahal dia sukanya belajar," papar Nurul Arifin.
Ini bukan kali pertama Nurul Arifin mendapati keluarganya meninggal dunia saat tidur. Sebelum Maura Magnalia, Nurul Arifin sudah beberapa kali mengalami hal serupa.
"Saudara saya yang meninggal waktu tidur juga ada dua orang. Jadi memang kasusnya rupanya ada di Maura juga," kata Nurul Arifin.
Maura Magnalia ditemukan sudah tak bernapas di meja makan pada Selasa (25/1/2022) subuh oleh ART-nya. Saat ditemukan, kondisi Maura Magnalia seperti sedang tertidur.
Meski Maura Magnalia meninggal karena henti jantung, Nurul Arifin meyakini ada faktor lain yang menyebabkan sang putri meninggal. Nurul Arifin mengungkapkan pandemi COVID-19 cukup membuat Maura frustrasi.
"Karena kalau saya melihat pandemi ini membawa satu akibat ya, banyak orang frustrasi karena nggak bisa bergaul bebas. Mau berinteraksi sulit, jadi hubungannya hanya zoom. Kan mungkin lama-lama bete juga. Mungkin anak saya salah satu korban dari ini semua. Rasa frustrasi, kemudian menjadi asosial, yang biasanya berkumpul dengan teman-temanya jadi sulit," cerita Nurul Arifin.
(mau/aay)