Laura Anna adalah sosok yang doyan jalan. Pelarungan abu kremasinya di laut merupakan simbol keluarga dalam menghormati kesukaan Laura Anna.
"Dulu terakhir pas masih sehat dia masih bilang mau jalan-jalan ke pantai, dia masih mau ke pantai," kenang Greta Irene.
Diharapkan, dengan dilarungkannya abu Laura Anna ke lautan, impian dan kesukaannya bisa tersampaikan. Ombak bisa membawanya serpihan tubuhnya ke mana saja sehingga dia pun dapat merasakan mengembara dari satu tempat ke tempat yang lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena dia suka jalan-jalan, dia mau kemana-mana. Kan kalau di laut kan luas dia bisa ke mana saja yang dia mau, dia suka banget laut emang, happy placenya Laura dulu selalu laut. Waktu kecil laura ke laut dari pagi sampai sore, hotel cuma buat tidur sisanya di laut semua," tutup Greta Irene.
Di sisi lain, ibunda Laura Anna yaitu Ameilia Edelenyi yang memeluk keyakinan berbeda dengan sang putri menggelar doa secara Islam. Tahlilan disebut akan dilakukan di rumah Laura Anna.
"Ada (tahlilan) karena laura Kristen, tante Muslim, jadi ada 7 hariannya. Ada secara muslim di rumah," ungkap Ameilia Edelenyi, ibunda Laura Anna di Grand Haven, Pluit, Jakarta Utara.
Sebagai ibu, Ameilia tak kuasa menahan kesedihannya. Kenangan tentang sang putri seperti masih melekat kuat dalam ingatannya.
Terlebih selama sakit, Ameilia selalu mengurus dan memandikan Laura Anna. Tentunya kepergian sang putri menjadi pukulan terberat. Meski demikian, doa tak berhenti terucap buat Laura dari sang ibunda.
"(Berdoa) yang terbaik pasti, ditempatkan dia paling indah. Dia kan berubah, sering bantu orang, menolong orang, dia tahu mungkin umurnya nggak panjang," kenang ibunda Laura Anna.
"Lihat saja kan begitu baiknya dia sampai semua orang bantuin dia sampai pemakamannya ini begitu indah. Tante juga nggak nyangka. Pasti dia suka ini. Suka banget. Semuanya bagus, bersih, dia pasti suka, bajunya, sepatunya, yang dia suka semua," ceritanya.
(aay/pus)