Jatuh bangun sudah dirasakan oleh Ken Chu, personel F4. Bintang Taiwan itu sempat merasakan bagaimana dipuja-puja oleh seluruh Asia dan juga beberapa negara di Eropa usai sukses besar dengan serial Meteor Garden.
Dilansir dari berbagai sumber, ternyata perjalanan karier Ken Chu tak semulus bintang F4 lainnya. Ia awalnya bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran. Pada suatu hari ia pun bertemu dengan Cai Zhiping, pria dibalik terbentuknya F4.
Cai pun menawarinya untuk bekerja bersamanya, namun saat itu belum ada rencana untuk membuat grup F4. Ken justru ditawari untuk bekerja sebagai asisten para artis.
Pria kelahiran 15 Januari 1979 itu memiliki kemampuan tiga bahasa yakni Mandarin, Inggris dan Kanton yang membuatnya dicari-cari oleh beberapa artis kala itu.
Dianggap memiliki paras menawan dan juga kepribadian yang baik, Ken Chu pun akhirnya bergabung dalam Meteor Garden dan berperan sebagai Simon pada 2001.
Sambutan meriah pada serial itu pun membuat Cai Zhiping terpikirkan untuk membuat F4, grup idol dari para bintang Meteor Garden.
Pada 2003, F4 pun berhasil menjadi satu-satu grup idol asal China yang masuk dalam jajaran Forbes dengan pendapatan fantastisnya dan dijuluki sebagai Light of Asia.
Konser-konser mereka di beberapa negara di Asia pun selalu laris manis bahkan sempat memecahkan rekor sebagai konser terbesar yang dilakukan oleh musisi China kala itu.
Sayangnya semua popularitas dan harta yang diraih oleh Ken Chu semasa menjadi anggota F4 tak bertahan lama.
Ken yang sedari kecil sudah mengidap asma dan depresi itu justru kembali jatuh pada lubang yang sama. Bahkan lebih parah dibandingkan masa lalunya tersebut, Ken Chu mengaku jika dirinya sudah tak memiliki pemasukan sama sekali sejak dua tahun terakhir.
Banyak yang menduga jika Ken terlalu boros dalam mengatur keuangannya tak seperti anggota F4 lainnya.
"Saya yang terburuk di F4. Tidak peduli apa yang saya perbuat, saya selalu saja gagal," ungkapnya.
Ia pun disebut-sebut hanya bermain game saja akibat depresi yang dideritanya sejak kecil itu.
Jika kita melihat ke belakang, kehidupan Ken Chu sebenarnya sangatlah sulit. Ia sempat mengenyam pendidikan di Singapura usai kedua orangtuanya bercerai.
Di sana ia pun harus bekerja sambil sekolah untuk membiayai sang ibu bersama adik-adiknya itu, karena kondisi kesehatan ibunya yang kurang baik.
Bahkan kadang ia sampai melakukan tiga pekerjaan dalam satu hari jika libur sekolah. Ia bisa menjadi kurir pada pagi hari, lalu pelayan dan lainnya. Hal ini pun berimbas pada kesehatannya dan membuat ia menderita asma dan depresi.
Belajar dari Jouska: Hati-hati Godaan Investasi Uang Cepat
(ass/wes)