Kedatangan dan sambutan Gus Miftah di sebuah mimbar di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung di Penjaringan, Jakarta Utara, menjadi kontroversi. Ternyata Gus Miftah bukan yang pertama sebagai dai kondang yang masuk ke dalam gereja.
Jauh sebelum Gus Miftah, ada Gus Dur yang juga pernah memenuhi undangan untuk hadir di sebuah acara di gereja. Hal itu juga sempat menjadi perbincangan di kalangan ulama.
Di sebuah kesempatan, KH Marzuqi Mustamar, Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, bertanya kepada Gus Dur soal alasan dirinya mau datang ke gereja. Kisah itu diceritakan ulang oleh KH Marzuqi Mustamar yang tayang di channel Bangkit TV.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada KH Marzuqi Mustamar, Gus Dur menjelaskan alasannya tersebut dengan santai. Ia menyebut kedatangannya berisi niatan lain selain memenuhi undangan.
"Gini loh, Marzuki. Niatku mencari umat. Kadang satpamnya gereja itu Islam, Marzuki. Cleaning service-nya, tukang bersih-bersih, ya juga Islam. Kadang, maaf, supirnya juga Islam," ucap KH Marzuqi Mustamar menirukan gaya bicara Gus Dur.
Menurut Gus Dur ada orang-orang yang seagama dengannya yang harus tetap dikuatkan imannya.
"Aku ke sana itu biar ada kesempatan menasihati supir dan satpam Islam itu agar tetap Islam. Niatku yang asli itu," Gus Dur kembali menjelaskan.
"Jadi kalau ketemu satpam, 'Tetap Islam, ya', 'Iya, Gus'," lanjutnya.
Gus Dur sadar ada komentar miring soal kedatangannya ke gereja. Namun menurutnya niatnya jauh lebih besar daripada kritikan tersebut.
"Lah, kalau nggak ada yang berani datang ke sana (gereja), semua takut fitnah, semua takut dibilang 'apa kata dunia?' semua orang takut seperti itu. Terus nggak ada yang berani menasihati agar satpam itu tetap Islam," katanya.
"Kalau nggak ada yang berani dakwah terus orang-orang itu masuk Kristen beneran, hayo? Berarti ustaz-ustaz keras yang tukang kritik itu harus ikut tanggung jawab," tuntas Gus Dur.
(dar/doc)