Perjalanan Mualaf Inggrid Kansil Ditentang Sampai Akhirnya Ayah Ikut Hijrah

Perjalanan Mualaf Inggrid Kansil Ditentang Sampai Akhirnya Ayah Ikut Hijrah

Desi Puspasari - detikHot
Rabu, 05 Mei 2021 04:38 WIB
Cerita mualaf Inggrid Kansil.
Inggrid Kansil cerita mualaf Foto: Dok.Instagram @inggrid_kansil.
Jakarta -

Inggrid Kansil berbagi cerita perjalanan dirinya menjadi mualaf. Saat itu, Inggrid Kansil lahir dari ibu yang beragama Islam dan ayah non muslim.

Perempuan bernama lengkap Ingrid Maria Palupi Kansil itu memilih untuk jadi mualaf pada 1997. Sebelumnya, Inggrid Kansil dikenal oleh keluarganya sebagai perempuan yang taat.

"Saya juga mualaf ya. Meski saya di agama sebelumnya, saya selalu berupaya hidup saya untuk terus berinteraksi terus dengan Tuhan, apalagi saat sekarang (menjadi) Muslim. Dulu saya termasuk yang rajin," buka Inggrid Kansil dilansir dari channel YouTube Venna Melinda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Inggrid Kansil membantah dirinya memeluk Islam karena sang suami, Syarief Hasan. Artis yang kini berprofesi sebagai politikus itu memilih jadi mualaf jauh sebelum mengenal Syarief Hasan.

Inggrid Kansil adalah sulung dari empat bersaudara. Dari kecil ibu dan ayahnya tinggal dalam satu rumah, tapi berbeda prinsip keyakinan.

ADVERTISEMENT

"Ayah ibu saya kan satu rumah cuma beda prinsip beda agama, tapi satu rumah. Papa dari Sulawesi Utara, Mama dari Jawa Barat. Alhamdulillah sekarang sudah hijrah semua. Nggak lama satu tahun saya dapat hidayah itu, Papa masuk (Islam)," ceritanya.

"Padahal dulu Papa juga menentang (Inggrid jadi mualaf). Saya termasuk yang paling rajin ke Gereja. Saya itu sangat percaya Tuhan itu yang mengatur semuanya. Di sana saya belum masuk Islam, saya percaya bahwa Tuhan semuanya yang atur," tukas Inggrid Kansil.

Inggrid Kansil Belajar Beberapa Agama

Tidak ada mimpi atau kejadian yang membuat Inggrid Kansil akhirnya memilih jadi mualaf. Hanya saja dirinya mengaku mempelajari beberapa agama.

"Saya memang belajar, mempelajari beberapa agama. Bagi saya pada saat itu yang paling rasionable (masuk akal) adalah agama yang sekarang," ungkapnya.

"Saya belajar, saya juga banyak diskusi dengan paman saya yang duluan hijrah, saya juga bertanya-tanya terhadap perbedaan-perbedaan," sambungnya.

Sedari kecil, Inggrid Kansil sudah terbiasa dengan perbedaan agama dalam satu rumah. Lebaran di rumahnya akan tersedia ketupat dan saat Natal rumahnya akan berhiaskan pohon Natal.

Ditambah lagi lingkungan juga yang membawanya semakin tertarik dengan Islam. Saat sekolah di SD dan SMP, Inggrid Kansil masuk sekolah Katolik di daerah Cianjur.

"Pindah ke Jakarta, saya sekolah di Institut Sosial dan Ilmu Politik (ISIP). Di situ (ISIP) kan heterogen, ada banyak bermacam suku dan budaya. Terus tempat kostan aku tuh dijadikan basecamp," kenang Inggrid Kansil.

"Saat ishoma kuliah, mereka salat di tempat kost aku. Aku bilang enak banget sih (mereka). Ada kenikmatan sendiri. Aku lihat teman-teman aku, salat bersih (segar karena wudhu). Mereka ngaji depan aku. Nah aku mulai banyak tanya-tanya di situ," tukasnya.

Kini, Inggrid Kansil masih belajar banyak tentang Islam. Inggrid Kansil juga mulai memakai hijab sejak 2013.

"Syukur-syukur ada yang tergerak juga (membaca quote dalam postingannya). Itu buat aku sebenarnya. Aku istilahnya belum kaffah belajar agama Islam, saya pakai hijab saja baru tahun 2013. Aku rasa batinku sangat tergantung pada Allah," kata Inggrid Kansil.




(pus/nu2)

Hide Ads