Kalian hobi membully di media sosial? Hati-hati, apa yang kalian lakukan bisa menyeret kalian ke dalam jalur hukum.
Sudah banyak contohnya seleb Indonesia yang membawa kasus bully ini ke jalur hukum. Hal tersebut dikarenakan agar mendapatkan efek jera kepada sang pelaku. Hukuman yang dijatuhkan pun tak main-main.
Menurut psikolog Cassandra, semua tindakan bully merupakan kekerasan yang tentunya akan memberikan dampak negatif bagi korban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua bentuk bentuk bully adalah kekerasan yang pasti akan memberikan dampak negatif kepada korban," jelas Cassandra kepada detikHOT, Sabtu (12/12/2020).
Untuk korban juga bisa menimbulkan berbagai macam dampak yang beragam. Itu semua tergantung dari daya tahan korban bully tersebut, seberapa besar bisa menerima ini semua.
"Tergantung juga pada daya tahan yang berbeda dari korban," tutur Cassandra lagi.
Ia juga mengatakan dampak negatif yang terjadi bisa sangat beragam.
"Bisa mulai dari trauma sampai depresi," ungkap Cassandra.
Untuk itu, Cassandra juga mengatakan peran penting orang tua untuk mengawasi anak-anaknya dalam menggunakan media sosial. Ada batasan yang harus dipahami antara anak dan orang tua.
Terutama untuk pelaku pembullyan juga perlu diketahui jika semua itu tentu saja ada sanksi hukum yang berlaku.
"Untuk pelaku ya (ada kontrol orang tua), seharusnya bisa menjadi bagian dari karakter kepribadian positif. Harus juga diketahui bahwa kekerasan itu mengandung sanksi hukum," imbuh Cassandra.
Lantas apa sih sebenarnya yang menjadi alasan seseorang untuk membully? Iri melihat kesuksesan seseorang atau hanya iseng untuk memberikan kata-kata yang sebenarnya tidak pantas?
"Umumnya karena tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan bahwa bully adalah kekerasan yang mengandung sanksi pidana, pada banyak kasus ditemukan ada riwayat kekerasan di masa lalu," beber sang psikolog lagi.
Sebelum mengakhiri ucapannya, Cassandra pun membagikan tips untuk menangkal cyber bullying. Gimana sih caranya?
"Pendidikan di rumah dan sekolah yang memberikan pemahaman dan keterampilan anti bullying. Satu lagi pendidikan masyarakat. Pentingnya peran media formal dan non formal untuk memberikan psikoedukasi anti bullying," tutup Cassandra.
(wes/nu2)