Mengintip ke belakang, Jenita Janet bercerita masa-masa sulitnya sebagai seorang perempuan. Desember 2019 dianggapnya sebagai waktu paling pahit dalam hidupnya.
"Di bulan Desember kemarin di tahun 2019 itu di mana itu adalah titik paling terendah aku dalam hidup jujur aja. Karena yang kemarin memutuskan untuk meminta cerai saya sendiri. Saya sebagai perempuan, saya menguatkan hati dengan alasan yang kuat," ujar Jenita Janet kepada detikcom, Selasa (20/10/2020).
Pada masa itu, Jenita Janet berpikir ribuan kali untuk mengajukan cerai. Pikirannya begitu kalut, tapi Jenita Janet merasa harus mengambil keputusan berat tersebut.
"Itu berat lo, itu nggak mudah. Menentukan kehidupan lebih baik ke depan itu nggak mudah. Resikonya ditanggung sendiri nggak boleh menyesal dengan apa yang kita ambil," sambungnya lagi.
Bulan-bulan akhir tahun 2019 terasa begitu berat hingga Jenita Janet kehilangan percaya diri. Berpisah dengan Alief Hedy Nurmaulid yang saat itu menjadi manajernya membuat Jenita Janet seakan ingin menyerah dalam berkarier di dunia hiburan.
"Pada saat itu memang dari bulan September Oktober November Desember, empat bulan itu masa masa kacau nya aku. Sampai aku pernah untuk mengundurkan diri dari dunia entertain," kata Jenita Janet.
"Karena pada saat itu aku merasakan mantan suami saya manajer saya, ketika dia nggak ada itu, saya merasa pincang aja. Dalam pekerjaan itu menjadi goyah dan oleng lah," sambungnya.
Setelah berpikir matang dan memutuskan untuk bercerai, Jenita Janet seakan menjadi pribadi yang baru. Dengan sekuat tenaga, Jenita Janet bangkit dari keterpurukan dan mulai menyongsong masa depan.
![]() |
"Jadi kemarin mungkin bulan Desember itu. Di mana titik terendah dalam hidup aku di mana aku harus berjuang lagi berjuang lagi dari nol sebagai perempuan, tulang punggung keluarga sebagai perempuan yang memang aku nggak pernah ingin merepotkan siapapun, kasarnya seperti itu. Karena hidup aku ya tanggung jawab aku," tutur Jenita Janet.
Baginya, perpisahan dengan Alief Hedy Nurmaulid adalah momen berharga dalam hidup. Meski pahit, Jenita Janet berhasil melawan kepedihan dan terus menjalani hari-hari dengan lebih baik.
"Jujur ya, aku pernah mau ibaratkan hidup aku itu seperti mengayuh sepeda. Harus terus kita kayuh, harus terus berputar. Kalau kita diam ya kita kan oleng. Tapi di mana kalau kita main sepeda pun kan pasti ada istirahatnya dulu, ada berhenti sejenak untuk mengumpulkan tenaga untuk mulai mengayuh hidup lagi," tutup Jenita Janet.
(hnh/srs)