Menanggapi kabar tersebut, Ustad Solmed merasa seharusnya ada pemberitahuan terlebih dahulu. Tapi, menurutnya itu hanya kabar burung saja, karena dia tetap mendapat stempel di bandara.
"Tentu negara manapun entah Singapura, Indonesia atau Amrik, berhak menginformasikan kalau termasuk di-blacklist. Kalau saya emang di-blacklist, kok saya bisa dapat stempel? Iya dong? Kan saat di imigrasi daftar itu udah keluar harusnya kalau orang itu memang terlarang," jawab Ustad Solmed saat dihubungi, Kamis (8/6/2017) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena susah mendapatkan stempel imigrasi, tentunya hal itu bisa terbantahkan. Ustad Solmed juga mengaku, tidak akan kapok ke Singapura meski gara-gara kejadian itu mendapat banyak kerugian.
"Nggak, nggak kapok. Karena saya tidak masuk ke dalam daftar yang disebut (blacklist)," ujarnya.
"Kalau mau ngomong kerugian, mungkin psikis kita bergejolak. Takut khawatir, bingung, bimbang," lanjut Ustad Solmed.
Ia mengungkapkan alasannya pergi ke Singapura untuk menjenguk seorang sahabat. Sudah niatnya tak bisa dilaksanakan, beberapa kerugian lain pun menimpa Ustad Solmed.
"Ngomongin tiket udah pasti rugi, terus hajat atau keinginan nggak terlaksana. Terus acara saya (tausiah) yang malam di Bekasi batal. Saya punya dua acara, abis tarawih sama malamnya, yang acara pertama nggak bisa datang. Jadi otomatis batal. Karena saya sampai bandara ajam jam 9an," sesal Ustad Solmed.
(pus/wes)