Sutardji Calzoum Bachri Kenang Sosok Sastrawan Abdul Hadi WM

Sutardji Calzoum Bachri Kenang Sosok Sastrawan Abdul Hadi WM

Tia Agnes Astuti - detikHot
Senin, 05 Feb 2024 20:28 WIB
Sutardji Calzoum Bachri
Penyair Sutardji Calzoum Bachri saat peringatan mengenang Abdul Hadi WM. Foto: Istimewa
Jakarta -

Kepergian Abdul Hadi WM pada 19 Januari lalu membawa duka yang mendalam bagi dunia sastra Tanah Air. Peringainya yang baik hingga kiprahnya di dunia sastra masih dikenang oleh para sahabatnya. Salah satunya Sutardji Calzoum Bachri.

"Abdul Hadi WM orang yang sangat halus, sopan, mengedepankan adab, dan estetika," katanya.

Acara mengenang sastrawan Abdul Hadi WM itu dihadiri lebih dari 100 peserta bersama Forum Wartawan Pecinta Peradaban dan Kebangsaan pimpinan budayawan Yusuf Susilo Hartono.

Dalam acara, tampak hadir penyair Taufik Ismail yang membacakan puisinya, sejarawan Taufik Abdullah, kritikus dan seniman Arie Batubara, penyair Arief Joko Wicaksono, Nugroho F. Yudho, Haris Jauhari, Rita Sri Hastuti, Herman Wijaya, Supriyanto Martosuwito hingga fotografer Dudut Suhendra Putra.

Sutardji Calzoum Bachri yang dikenal sebagai Presiden Penyair Indonesia dalam acara tersebut turut mengomentari situasi politik terkini di Indonesia. Bahkan ia menyindir elit politik yang disebutnya tak punya etika.

"Belanda saja ketika menjajah negeri kita dahulu, sebelum bernama Indonesia, pernah menerapkan politik etis," katanya saat menjadi narasumber acara Mengenang Penyair Abdul Hadi WM di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.

Persoalan etika dibahasnya ketika mengenang almarhum sastrawan Abdul Hadi WM. Dia menggambarkan perlakuan penguasa Belanda dan elit penguasa saat ini. "Politik etis Belanda itu semacam ucapan terima kasih mereka sebagai penjajah yang telah mengeruk harta kekayaan negeri ini," katanya.

Anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Fadjriah Nurdiasih mengatakan sosok Abdul Hadi WM membawa pemikiran yang segar bagi masyarakat.

"Abdul Hadi WM membawa suatu ide, gagasan, kemudian dilemparkannya sehingga siapa pun pada akhirnya menyambutnya," katanya.

Maman S Mahayana yang dikenal sebagai Ketua Yayasan Hari Puisi ikut menimpali. "Pemikiran Abdul Hadi WM masih sangat relevan saat ini karena hampir semua pihak sekarang abai terhadap perkembangan puisi. Almarhum juga menawarkan agar kita kembali ke akar budaya dan kembali ke sumber asli lahirnya kebudayaan dan sastra," tutur Maman.

Para narasumber dan seluruh peserta yang ikut bicara menyatakan Abdul Hadi WM adalah nama besar dalam kesusasteraan Indonesia. Kiprahnya sangat luas dan berpengaruh dalam bidang pemikiran sosial, filsafat, kejiwaan, dan tasawuf. Ia digambarkan sebagai orang yang religius.

Acara mengenang sastrawan Abdul Hadi WM turut dimeriahkan dengan pembacaan puisi oleh Linda Djalil, Jose Rizal Manua, Remmy Novaris MD, Nuyang Jaimee, dan Ariani "Rini" Isnamurti.




(tia/mau)

Hide Ads