Abdul Hadi Widji Muthari atau dikenal dengan Abdul Hadi WM meninggal dunia hari ini di usia 77 tahun. Budayawan yang juga dikenal sebagai ahli filsafat mengembuskan napas terakhirnya di RSPAD Gatot Subroto karena sakit yang diidapnya selama beberapa tahun terakhir.
Namanya dikenal melalui karya-karyanya yang bernapaskan sufistik, penelitian-penelitiannya dalam bidang kesusasteraan Melayu Nusantara dan pandangan tentang Islam, dan pluralisme.
Siapakah penyair senior Abdul Hadi WM dan sepak terjangnya di industri sastra Indonesia? Simak 5 fakta tentang Abdul Hadi WM:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Penyair Abdul Hadi WM Meninggal Dunia |
1. Asal Sumenep
Abdul Hadi WM merupakan seorang penyair yang lahir di Sumenep, Madura, Jawa Timur, pada 24 Juni 1946.
Ia terlahir dari seorang ayah seorang saudagar dan guru bahasa Jerman dan seorang ibu keturunan Mangkunegaran. Abdul Hadi merupakan anak ketiga dari 10 bersaudara yang seluruhnya laki-laki.
Dia lahir dari kalangan keluarga muslim yang taat beribadah dan memiliki pesantren bernama Pesantren An-Naba. Sejak kecil, ia sudah gemar membaca dan berkenalan dengan buku bacaan filsafat seperti Plato, Socrates, Imam Gozali hingga Tagore.
2. Kursus Menulis di Iowa
Abdul Hadi WM yang gemar membaca dan menulis sejak kecil, lulus dari Universitas Gadjah Mada (UGM) jurusan Filologi dan menempuh pendidikan Ilmu Filsafat.
Pada 1973, ia mengikuti kursus menulis dalam program International Writing Program di Iowa, AS, sekaligus mengambil program Studi Antropologi. Kursus kepenulisan di Iowa AS menjadi salah satu daftar wajib bagi penulis di seluruh dunia. Kemudian, Abdul Hadi WM belajar Filsafat di Hamburg, Jerman.
3. Penyair Puisi Sufi
Dalam Wikipedia disebutkan, sejak dekade 1970-an, nama Abdul Hadi WM dikenal sebagai penyair puisi sufi menulis tentang kesepian, kematian, dan waktu. Seiring dengan waktu, karya-karyanya kian kuat diwarnai oleh tasawuf Islam.
Orang sering membandingkannya dengan sahabat karibnya Taufik Ismail, yang juga berpuisi religius. Namun ia membantah.
"Dengan tulisan, saya mengajak orang lain untuk mengalami pengalaman religius yang saya rasakan. Sedang Taufik menekankan sisi moralistisnya," katanya.
4. Buku Filsafat
Sejak dekade 1970-an, Abdul Hadi WM turut menulis buku penelitian filsafat. Di antaranya Kembali ke Akar Kembali ke Sumber: Esai-esai Sastra Profetik dan Sufistik (Pustaka Firdaus, 1999), Islam: Cakrawala Estetik dan Budaya (Pustaka Firdaus, 1999), Tasawuf Yang Tertindas, serta beberapa buku kumpulan puisi antara lain At Last We Meet Again, Arjuna in Meditation (bersama Sutardji Calzoum Bachri dan Darmanto Yatman), Laut Belum Pasang, Meditasi, Cermin.
Baca juga: Buku Terhot Sepanjang 2023 |
5. Raih Penghargaan
Sejumlah penghargaan pernah diraih Abdul Hadi WM. Pada 1969, Abdul Hadi memperoleh Hadiah Puisi Terbaik II Majalah Sastra Horison. Hadiah ini diperoleh untuk sajaknya yang berjudul Madura yang terbit pada 1968.
Lalu pada 1977, Abdul Hadi memperoleh Hadiah Buku Puisi Terbaik dari Dewan Kesenian Jakarta. Hadiah ini diberikan kepadanya untuk kumpulan sajak yang ditulisnya, yaitu Meditasi.
Abdul Hadi juga menerima Anugerah Mastera dari Majelis Sastra Asia Tenggara pada 2003. Selain itu, ia menerima Penghargaan Satyalancana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia pada 2010.
(tia/wes)