Serial Gadis Kretek resmi tayang hari ini di Netflix. Bagi kamu yang menggemari karya-karya dari Ratih Kumala, pastinya sudah menunggu adaptasi dari novel yang terbit lebih dari satu dekade lalu.
Sejak Gadis Kretek diumumkan segera diadaptasi ke dalam bentuk serial, Ratih Kumala yang turut menulis naskah membebaskan segala interpretasi dari karyanya tersebut. Hal tersebut diungkapkannya ketika diwawancarai detikcom.
"Aku membebaskan, toh nulis skenario juga. Ketika proses produksi aku juga datang, tapi tentu saja aku tidak men-direct karena aku bukan sutradara. Cuma aku jujur aku senang, aku pun membebaskan," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratih Kumala pun melanjutkan, "Ngapain aku kontrol-kontrol. Aku berhadapan dengan orang-orang yang terbaik di bidangnya. Kadang untuk mempersembahkan satu karya yang bagus, begitu kali yah jalannya. Sudah ada Mas Ifa (Ifa Isfansyah), ada Kamila Andini, dua-duanya sutradara yang hebat. Buat apa aku harus jadi control dan mereka sudah bagus sekali."
Dia pun mengaku senang karena karyanya Gadis Kretek bisa bertransformasi ke dalam bentuk lainnya. Gadis Kretek, lanjut dia, juga diperlakukan secara istimewa.
"Ketika orang lain punya persepsi sendiri tentang Gadis Kretek, tentang karya aku yang mungkin awalnya aku pikir begini, tapi aku juga nggak akan menyalahkan mereka," kata Ratih.
"Aku yang awalnya skeptis, lebih ke takut sih. Takut respons orang begini, begitu. Bisa nggak ya. Gue bisa nggak ya, karena aku juga bagian dari tim penulis. Ketika diadaptasi pun sudah punya karya aku lagi, sudah jadi karya komunal," sambungnya.
Sekarang pun, Ratih Kumala mengaku siap dengan segala konsekuensi dan komentar netizen tentang serial Gadis Kretek.
"Nonton, silakan saja (mengkritik)," tukasnya.
Baca juga: Semua Mata Tertuju pada Gadis Kretek |
Gadis Kretek bukan sembarang kisah roman picisan belaka. Bermula dari cerita Pak Raja yang sekarat dan memanggil seseorang yang bukan istrinya. Nama Jeng Yah disebutkannya jelang ajal menanti.
Kisah bergulir, seluk beluk mengenai pendirian Kretek Djagad Raya sampai tiga orang ahli waris yang tak berkutik dengan permintaan Pak Raja diceritakan dengan detail oleh Ratih Kumala. Dia tak segan-segan memasukkan detail yang seakan-seakan membuat pembaca terkejut kalau Ratih bukanlah seorang perokok.
Novel Gadis Kretek yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 2012 dan menjadi karya yang masuk dalam sepuluh besar penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa di tahun yang sama. Sejak diterbitkan hingga saat ini Gadis Kretek telah dicetak 10 kali.
Pada 2019, Ratih Kumala juga mempresentasikan Gadis Kretek di depan forum penerbit dan penulis di Beijing International Book Fair. Novel ini pun sukses diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, Inggris, Arab, dan tahun ini bakal terbit di tiga negara Asia yakni Filipina, Thailand, dan Malaysia.
(tia/pus)