Festival sastra terbesar di Asia, Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) kembali diselenggarakan secara offline tahun ini. Setelah dua tahun terdampak pandemi yang membuat pariwisata di Pulau Dewata merosot tajam, tim penyelenggara akhirnya memutuskan untuk menggelar secara tatap muka.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur UWRF, Janet DeNeefe, saat jumpa media di Dia.Lo.Gue Kemang, Jakarta Selatan.
"Kami sangat senang untuk penyelenggaran tahun ini, pertama kalinya lagi kami menggelar secara offline dalam waktu dua tahun. Pandemi mengubah hidup kita, termasuk di penyelenggaran UWRF yang harus secara online," ungkap Janet DeNeefe dalam bahasa Inggris, kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Janet menuturkan di festival kali ini akan mengambil lokasi yang berbeda. "Kami tidak tahu akan seberapa banyak orang yang akan datang ke UWRF nanti, tempatnya tidak akan seluas seperti biasanya, tapi kami membuatnya lebih intim dan hangat," kata Janet.
"Kami menggunakan tempat-tempat seperti taman baca yang ada di Ubud, open space, dan ruang lainnya. Ini selebrasi yang merayakan keberagaman," sambung Janet.
Salah satu lokasi spesial di UWRF nantinya, lanjut Janet, adalah perayaan besar di Pura Gunung Lebah, pura luhur yang berlokasi di antara dua sungai di tengah area Campuhan, Ubud.
Menghormati perayaan keindahan, spiritual dan kemanusiaan. Perayaan ini atau orang Bali menyebutnya dengan Odalan, dirayakan setiap 210 hari mengikuti kalender Bali. Ini akan menjadi perayaan terbesar semenjak pandemi yang akan menjadi pengalaman terbaik untuk hadir di UWRF tahun ini.
Tema Memayu Hayuning Bawana
Janet DeNeefe juga menceritakan mengenai tema tahun ini yang diambil dari filosofi Jawa kuno. Filosofi yang diterjemahkan tim UWRF sebagai Unity Humanity sebagai serangkaian program yang menanggapi kapasitas umat manusia untuk memperkuat ikatan kita sebagai individu dan dunia sebagai kolektif.
"Kami sebenarnya punya tema lainnya tapi suatu pagi, suami saya mengatakan 'Kamu harus mengubah tema tahun ini. Suami saya menyebutkan tentang Memayu Hayuning Bawana dan makna di baliknya. Saya katakan oke, sepertinya dia telah membaca sebuah buku," ungkap Janet.
Setelah dipikir, Janet akhirnya mengiyakan tema tersebut. Di masa pandemi, ada banyak kekacauan yang terjadi di sekitar kita.
"Kita seharusnya tetap harmonisasi di masa new normal ini," pungkasnya.
UWRF 2022 yang diselenggarakan pada 27-30 Oktober bakal menghadirkan 50 panel diskusi dari 150 pembaca di seluruh dunia. Sastrawan asal Singaraja, Bali, Putu Oka Sukanta, bakal menerima lifetime achievement di festival tersebut.
(tia/dal)