Novelis James Patterson menghadapi kecaman di dunia sastra internasional. Dia menuai kontroversi karena komentar mengenai penulis laki-laki berkulit putih.
Setelah mendapat kecaman, ia akhirnya meminta maaf. Kontroversi ini bermula dalam sebuah wawancara James Patterson dengan The Sunday Times di London.
Saat wawancara ia menuturkan penulis laki-laki kulit putih menjadi sasaran rasisme dan itu hanyalah bentuk lain dari masalah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantaran dikritik secara luas, James Patterson berkicau di media sosial. Dia mengklarifikasi bahwa tidak percaya adanya tuduhan rasisme kepada penulis kulit putih.
"Saya sama sekali tidak percaya bahwa rasisme dipraktikkan terhadap penulis kulit putih. Perlu diketahui bahwa saya sangat mendukung keragaman suara yang didengar-dalam sastra, di Hollywood, dan di mana-mana," cuit James Patterson.
Dia kembali menegaskan hasil wawancaranya bersama The Sunday Times, sebelumnya bukanlah sebuah tuduhan kepada penulis berkulit putih. Saat itu, dia sedang mempromosikan memoarnya yang berjudul James Patterson: The Stories of My Life.
Dalam wawancara, dia khawatir orang kulit putih sulit mencari pekerjaan dalam film maupun penerbitan. Ia menegaskan itu adalah bentuk lain dari rasisme.
"Bisakah kamu mendapatkan pekerjaan," tanyanya saat wawancara tersebut.
"Ya, apakah lebih sulit? Bahkan lebih sulit bagi penulis yang lebih tua," kata James Patterson lain.
James Patterson diketahui kini berusia 75 tahun. Setiap tahunnya, ia sukses menerbitkan novel terlaris, baik bergenre novel maupun buku anak-anak.
Namanya kerap disandingkan dengan penulis terkaya lainnya di dunia, seperti JK Rowling. Forbes mengumumkan James Patterson punya kekayaan mencapai US$ 800 juta atau sekitar Rp 11,5 triliun.
Baca juga: James Patterson Rilis Novel Fantasi Terbaru |
Di seluruh dunia bukunya terjual lebih dari 300 juta kopi di seluruh dunia. Tahun ini, pundi kekayaannya bertambah karena ia merilis buku 'The President is Missing' bersama Bill Clinton.
Buku yang terbit Juni 2018 itu menuai kontroversi karena menceritakan tentang kisah seorang Presiden AS Jonathan Duncan yang melarikan diri dari Secret Service. Seluruh plot ditulis penuh ketegangan dan alur yang tak bisa ditebak.
(tia/dar)