"Di tangan Chairil, bahasa Indonesia menjadi sangat bertenaga untuk menggugah siapa pun yang membaca puisinya," katanya.
"Pengaruh Chairil masih pun masih dapat ditemukan pada puisi-puisi yang terbit pada hari ini. Bagaimana Chairil memberi "pondasi" bagi penyair-penyair Indonesia setelah masanya, rasanya itu pantas dihargai," pungkasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepanjang kariernya, Chairil Anwar sukses menulis 96 karya termasuk 70 puisi. Pada 1942, dia mulai dikenal publik setelah pemuatan puisinya yang berjudul Nisan di usianya 20 tahun.
Sajak-sajak fenomenal lainnya di antaranya puisi Aku, Derai-Derai Cemara, Diponegoro, Senja di Pelabuhan Kecil, dan Doa.
Di awal dekade 1950-an, HB Jassin menobatkan Chairil Anwar bersama Asrul Sani dan Rivai Apin sebagai pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia. Chairil Anwar meninggal pada 28 April 1949 ditetapkan sebagai Hari Puisi Nasional.
Simak Video "Video: Potret Puisi 'Aku' Chairil Anwar Mejeng di Stasiun Kereta Seoul"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/wes)