Sosok Chairil Anwar dikenal sebagai penyair terkemuka Indonesia. Karya-karyanya telah melegenda dan masih dipelajari oleh siswa dan mahasiswa sastra Indonesia.
Sepanjang kariernya yang singkat, Chairil Anwar diketahui menelurkan sebanyak 96 karya. Sebanyak 70 di antaranya adalah puisi-puisi yang masih dikenal sampai sampai sekarang.
Lewat karya puisi ciptaannya, masyarakat Indonesia kini mengenai tren puisi modern. Bait-bait di dalam puisi tidak lagi liris atau sesuai dengan aturan pakem yang ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memperingati Hari Puisi Nasional, mari mengingat lagi 3 syair kepunyaan Chairil Anwar:
1. Aku Berkaca
Ini muka penuh luka
Siapa punya ?
Kudengar seru menderu
dalam hatiku
Apa hanya angin lalu ?
Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta
Ah.......!!
Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal .............!!
Selamat tinggal ................!
2. Sia-Sia
Penghabisan kali itu kau datang
membawaku karangan kembang
Mawar merah dan melati putih:
darah dan suci
Kau tebarkan depanku
serta pandang yang memastikan: Untukmu.
Sudah itu kita sama termangu
Saling bertanya: Apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti.
Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.
3. Hampa
Kepada sri
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik...
Memberat-mencekung punda...
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
Baca juga: Seabad Si Binatang Jalang |
(tia/wes)