5 Fakta Umar Kayam, Sang Sastrawan Para Priyayi

5 Fakta Umar Kayam, Sang Sastrawan Para Priyayi

Tia Agnes - detikHot
Kamis, 17 Mar 2022 16:40 WIB
Sastrawan Umar Kayam
5 fakta soal Umar Kayam dan karya-karyanya. Foto: Kemendikbud
Jakarta -

Tanggal 16 Maret diperingati sebagai hari kepergian dari sastrawan sekaligus akademisi Umar Kayam. Pria yang juga berprofesi sebagai Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, juga terkenal sebagai penulis Para Priyayi.

Berbagai esainya diterbitkan di media massa Indonesia, salah satunya Tempo dan Kedaulatan Rakyat.

Berikut 5 fakta soal sastrawan Umar Kayam dan karya-karyanya, seperti dirangkum oleh redaksi detikcom:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Ketua Dewan Kesenian Jakarta

Umar Kayam pernah menjabat di pemerintahan saat Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada 1966 sampai 1969. Setelahnya, ia dipercaya sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta sampai 1972 dan Ketua Dewan Film Nasional (1978-1979).

Di bidang budaya, ia pernah menjadi anggota penasehat majalah Horison (mengundurkan diri sejak 1 September 1993) bersama-sama dengan Ali Audah, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Aristides Katoppo, Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1969-1972), dan anggota Akademi Jakarta (1988-seumur hidup).[4]

ADVERTISEMENT

2. Bintang Film

Umar Kayam tak hanya dikenal sebagai akademisi dan penulis novel. Tapi juga menjadi bintang film dan terlibat di sejumlah layar lebar.

Ia pernah memerankan Presiden Soekarno pada film Pengkhianatan G 30 S/PKI. Umar Kayam juga pernah menjadi pemeran pembantu dalam Karmila (1974) dan Kugapai Cintamu (1976).

Ia juga pernah menulis skenario film. Skenarionya yang berjudul Yang Muda Yang Bercinta, difilmkan oleh Sjumandjaja pada 1977. Pada 1978, ia menulis skenario Jalur Penang dan Bulu-Bulu Cendrawasih.

3. Para Priyayi

Pada 1972, ia menerbitkan buku kumcer Seribu Kunang-kunang di Manhattan, Totok dan Toni, Sri Sumarah dan Bawuk, kumcer Sri Sumarah sampai Para Priyayi pada 1992.

Novel ini ditulis di New Haven, Connecticut, Amerika Serikat dan selesai ditulis tanggal 14 Februari 1991. Para Priyayi inilah yang melambungkan namanya di dunia sastra.

Dalam situs Kemendikbud disebutkan, Umar Kayam mengungkap penjelasannya tentang priyayi dalam konsep budaya Jawa melalui lakuan-lakuan tokoh tentang dirinya, asalnya, lingkungannya, dan cita-citanya. Seperti beberapa karya Kayam terdahulu, Para Priyayi juga sarat dengan warna lokal budaya Jawa.

Novel Para Priyayi ini diawali dengan gambaran kota Wonogalih, tempat tinggal keluarga Soedarsono. Kayam secara rinci menggambarkan keadaan kota Wonogalih itu, seperti pendopo Kabupaten Wonogalih dengan segala kemegahannya, alun-alun di depan pendopo tersebut, serta pohon asam yang tumbuh di sekitarnya.

4. Kakek dari Nino Kayam

Umar Kayam merupakan kakek dari musisi Anindyo Baskoro atau Nino Kayam (Nino RAN). Ia merupakan salah satu dari personel RAN bersama dengan Astono Handoko dan Rayi Putra Rahardjo.

5. Meninggal di 16 Maret 2002

Umar Kayam menghembuskan napas terakhir karena sakit pendarahan usus besar. Menurut Ontoseno, adik almarhum, Umar Kayam dirawat di MMC sejak 1 Maret 2002. Empat hari berikutnya, kondisinya makin memburuk.

Dia juga sempat menjalani operasi tulang di bagian pangkal paha karena terjatuh. Operasi itu, berlangsung mulus. "Umar meninggal menjelang operasi pengangkatan usus kemarin," kata Ontoseno.




(tia/wes)

Hide Ads