Saran Dee Lestari bagi Penulis Muda yang Ingin Terbitkan Novel

ADVERTISEMENT

Saran Dee Lestari bagi Penulis Muda yang Ingin Terbitkan Novel

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 18 Feb 2022 18:51 WIB
Dee Lestari
Dee Lestari Foto: dok. Trinity Optima Production / Dee Lestari
Jakarta -

Dee Lestari jadi salah satu penulis produktif Indonesia yang kerap menerbitkan karya. Sejumlah novel sukses dirilisnya sejak satu dekade terakhir, salah satunya adalah Rapijali.

Nama Dee Lestari bukan sembarang novelis yang sekali booming lalu menghilang. Novel-novelnya tidak diragukan lagi kualitasnya sampai sekarang.

Dee Lestari yang menjadi salah satu tim dewan juri kompetisi Kwikku 2021 kategori novel punya saran bagi penulis muda yang ingin berkarya.

"Selesikan karya kamu karena sayang banget kalau penceritaan bagus tapi masih satu atau dua bab yang kurang. Mungkin penulis merasa sudah di atas 50 ribu kata, sudah bisa mengikuti lomba," tutur Dee Lestari saat jumpa pers virtual, Jumat (18/2/2022).

Tapi ia menegaskan karya novel bisa dikatakan rambung kalau ada akhir ceritanya. "Kalau akhir cerita belum ada, otomatis belum bisa dinilai selesai," katanya.

Saran kedua, mengenai tata bahasa. Langkah yang kedua ini terdengar sepele namun menjadi hal terpenting.

"Kalau untuk menerbitkan novel itu, menurut saya ada di tata bahasa. Kalau tata bahasa belum oke, kebanyakan tanda baca belepotan, sulit sekali menembus ke garis yang lebih dalam. Tata bahasa, tanda baca rapi, itulah cinta pada padangan pertama," katanya.

Saran ketiga masalah teknik penceritaan. Dia menuturkan ada banyak hal yang bisa membuat pembaca pertama, editor, maupun tim dewan juri sebuah kompetisi agar melirik karya tersebut.

"Supaya mengikat dan bersimpati kepada apa yang terjadi, tentu saja bobot paling berat, faktornya ada pada teknik penceritaan. Basic-nya memang tamat, tapi selesaikan dulu ceritamu," tuturnya.

Dee Lestari menegaskan melalui kompetisi Kwikku, bisa menjadi bagian ekosistem kreatif di industri buku agar lebih subur lagi.

"Sekarang medannya sudah berbeda dari dahulu. Sudah ada pencarian dua arah. Dulu secara hierarki penulis yang mengemis kepada penerbit dan media agar karya diterima atau disebarluaskan. Sekarang lebih egaliter, penerbit berburu ke berbagai platfom, dan penulis bisa membangun basis pembacanya sendiri. Buat saya, sekarang penulis dan kreator punya etalase dan kesempatan yang lebih lengkap, tinggal berani dan mau menggunakannya," pungkasnya.



Simak Video "Sosok Reza Gunawan Di Mata Afgan"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/dal)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT