Novelis asal Brasil Paulo Coelho tiba-tiba saja menanyakan tentang Indonesia kepada para pengikut media sosialnya. Bukan soal pemandangan destinasi wisatawan atau kondisi terkini, tapi soal Presiden Pertama Republik Indonesia, Sukarno.
Pertanyaan itu dilontarkan oleh Paulo Coelho melalui akun Twitter resminya.
"Bagaimana teman-teman Indonesia saya melihat Sukarno hari ini?" cuit Paulo Coelho, seperti dilihat detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cuitan pertanyaan yang disukai lebih dari 3.400 likes dan retweet melebihi 760 itu dijawab oleh sebagian penggemarnya asal Indonesia. Banyak yang merasa Sukarno sebagai tokoh proklamator bangsa, tapi ada juga yang mengkritik habis-habisan.
"Moh. Hatta jauh lebih unggul dari Sukarno, termasuk soal integritas dan rendah hatinya. Hatta mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden karena dia percaya pada demokrasi parlementer. Kecenderungan otoritarianisme Sukarno menjadikannya presiden seumur hidup sebelum Soeharto menggulingkannya," jawab @ForMonitoringP1.
Ada juga yang menjawabnya dengan lembaran uang Rp 100 ribu yang berwarna pink. Dalam lembaran mata uang itu, Bung Karno tampak tersenyum dana netizen itu menjawabnya dengan satu kata, 'kebahagiaan'.
"Seorang bapak pendiri yang melakukan perbuatan besar, tapi meninggalkan warisan kultus kepribadian yang membuat banyak dari kita gagal untuk melihat dia: Membuka jalan bagi penjajahan Papua, mendorong negara ini ke dalam krisis ekonomi dan konflik yang tidak perlu, dan mengguncang demokrasi di Indonesia," kata @plutoniangoat.
"Tidak sesederhana itu alur ceritanya, penggulingan paksanya mulus dan dia sudah melalui banyak hal. Aku tidak buta sejarah," timpal @AdSulistyo.
"Dia tetap seorang legenda yang lahir sekali dalam seribu tahun tapi kisah kudeta itu membuat beberapa citra buruk baginya. Propaganda untuk menurunkan elektabilitasnya membuat kami punya persepsi buruk tentang dia," cuit lainnya.
Pertanyaan Paulo Coelho yang tanpa angin dan sebab itu masih menjadi tanda tanya bagi masyarakat Indonesia. Sampai sekarang, masih belum diketahui tujuan sastrawan sang alkemis itu bertanya kepada publik Tanah Air.
Novelis asal Brasil itu dikenal sebagai penulis yang konsisten berkarier. Ketika kecil, Paulo Coelho ingin menjadi penulis tapi ditentang oleh orang tuanya sampai dijebloskan ke dalam rumah sakit jiwa.
Pengalaman berada di rumah sakit jiwa dituliskan ke dalam novel Veroniva Decides to Die. Pada 1974, dia pun masuk ke dalam bui karena tulisannya menentang pemerintahan yang berkuasa.
Kisah-kisah yang ditulis Paulo Coelho menceritakan tentang empati, iman, keyakinan, dan harapan. Lewat karyanya, Paulo Coelho seakan mengajak pembaca agar tetap tenang, melihat segala sisi baik, dan melangkah maju.
(tia/pus)