Kepergian Sapardi Djoko Damono meninggalkan kenangan bagi orang terdekatnya. Tak hanya bagi keluarga, namun juga kolega dan sahabat.
Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid mengenang salah satu sikap Sapardi Djoko Damono yang tak bisa dilupakan setelah mengenalnya selama 30 tahun.
"Beliau hangat, orang yang sangat Ramah, sangat legaliter kalau dalam memberikan ilmu sangat terbuka juga," ujarnya saat ditemui di rumah duka Sapardi Djoko Damono, Komplek Dosen UI, Ciputat Tangerang Selatan, Minggu (19/7/2020).
Hilmar mengatakan salah satu contoh sikap keterbukaan Sapardi Djoko. Yakni dapat berkolaborasi dengan seniman muda lewat sejumlah karya.
"Beliau tak hanya menginspirasi dan terhenti pada puisi. Tapi juga dalam musikalisasi puisi karya beliau jadi cerpen, film dan seni pertunjukan macam-macam," ungkap Hilmar Farid.
Hilmar mengatakan selama ini Festival Hujan Bulan Juni rutin diadakan. Festival itu mengadaptasi salah satu karya puisi Sapardi yang terkenal. Kepergian Sapardi Djoko Damono tak akan menghentikan festival ini untuk terus digelar.
"Tentu kita akan melanjutkan festival Hujan Bulan Juni. walaupun itu bukan dari pemerintah tapi dari temen-temen alumni FIB UI untuk buat inisiatif. Nanti Ke depannya juga kerja sama ya karena beliau ini kan naungannya banyak, ada di IKJ ada di mana-mana," ungkap Hilmar lagi.
Hilmar sempat berbincang dengan Sapardi Djoko sebelum meninggal dunia. Ia menghubungi Sapardi lewat sambungan telepon. Hilmar berbincang banyak hal dengan Sapardi termasuk soal festival Hujan Bulan Juni.
Siapa sangka hal itu menjadi momen untuk terakhir kalinya berbincang dengan sang maestro.
"Semalam beliau juga masih ada ketawa segala macem dengan kondisinya cepet. Ya walaupun usia 80 tahun tapi Sampai hari terakhir beliau spiritnya kuat," tukas Hilmar Farid.
Simak Video "Mengenang Hari Lahir Sapardi Djoko Damono di Google Doodle"
[Gambas:Video 20detik]
(doc/doc)