Sastrawan Sapardi Djoko Damono meninggal dunia. Ia tutup usia di umur 80 tahun.
Sapardi Djoko Damono meninggal setelah menjalani perawatan selama beberapa waktu di rumah sakit. Tepatnya di Eka Hospital, BSD, Tangerang, Banten.
Semasa hidupnya Sapardi dikenal sebagai sastrawan yang produktif menulis karya. Hampir setiap tahunnya, Sapardi merilis karya-karya terbaru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ulang tahunnya ke 77, Sapardi tak tanggung-tanggung menerbitkan buku karyanya. 7 buku sekaligus dirilis untuk para pembaca setianya.
Lahir pada 20 Maret 1940, Sapardi Djoko Damono sudah menulis sejak masih remaja. Kegemaran menulis inilah yang membawanya menjadi Direktur Pelaksana Majalah Horison.
Ia merantau ke Jakarta pada 1973 setelah sempat tinggal di Semarang. Sapardi Djoko Damono juga dikenal sebagai pengajar di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia dan menjadi guru besar.
Selama ini orang mengenal Sapardi lewat karya Aku Ingin atau Hujan di Bulan Juni. Namun ada satu karyanya yang termahal sebuah puisi berjudul Tuan, Tuhan Bukan? Tunggu sebentar, saya sedang keluar.
Puisi tersebut ia tulis dari sebuah ide sederhana ketika seseorang tengah bertamu.
![]() |
"Ada orang mengetuk pintu dan bertanya, Tuhan bukan? Lalu yang di dalam rumah menjawab seperti itu. Sederhana sekali," kata Sapardi.
Semasa hidupnya Sapardi Djoko Damono menerima sejumlah penghargaan. Di antaranya Cultural Award dari Australia pada 1978, SEA Write Award dari Tahiland pada 1986, Anugerah Seni dari pemerintah Indonesia di tahun 1990 hingga lifetime achievement di ajang Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2018.
Sapardi Djoko Damono dimakamkan hari ini di Taman Pemakaman Giri Tama, Tonjong, Bogor. Sebelumnya, Sapardi Djoko Damono juga sempat menjalani perawatan di rumah sakit. Ia dirawat di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan.
Kala itu novelis Pingkan Melipat Jarak ini menjalani perawatan di rumah sakit karena hemoglobin (HB) yang menurun pada November 2019.
(doc/aay)