Sastrawan Sapardi Djoko Damono meninggal dunia. Jenazahnya akan langsung dimakamkan sore ini.
Untuk prosesi pemakaman nanti, keluarga sudah menetapkan prosedur yang disesuaikan dengan prosedur di momen pandemi COVID-19. Prosedur ini mengikuti protokol kesehatan yang akan diterapkan di rumah juga lokasi pemakaman.
"Kami memberlakukan baik pemakaman dan di rumah protokol COVID-19 yang dianjurkan pemerintah," ungkap Tatyana selaku perwakilan keluarga almarhum Sapardi Djoko Damono, Minggu (19/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aturan pembatasan tamu yang hadir pun diberlakukan. Nantinya hanya akan ada 15 orang yang boleh hadir di proses pemakaman jenazah sang sastrawan.
"Kami tak ingin melanggar hal itu. Terutama di pemakaman di Sawangan, pihak pemakaman minta hanya 15 orang yang boleh ikut acara pemakaman," imbuhnya.
Keluarga berharap, aturan ini dapat diterima oleh mereka yang melayat. Aturan ini juga diterapkan bagi para awak media yang meliput.
![]() |
"Untuk teman-teman pers kami mohon dengan hormat mematuhi itu. silahkan menyesuaikan diri untuk pengambilan gambar dan sebagainya. Untuk jarak dekat dari pihak pemakaman juga minta tidak terlalu banyak," tutur Tatyana.
Saat ini jenazah Sapardi Djoko Damono disemayamkan di rumah duka di Komplek Dosen UI, Ciputat Tanggerang Selatan, Banten. Sapardi Djoko Damono akan dimakamkan di pemakaman Giri Tama, Tonjong, Bogor.
Sapardi Djoko Damono meninggal dunia di usia 80 tahun. Sebelumnya ia menjalani perawatan di rumah sakit Eka Hospital, BSD, Tangerang.
Kondisi Djoko Damono disebut menurun sebulan belakangan sebelum ia meninggal dunia.
Kabar meninggalnya Sapardi Djoko Damono meninggalkan duka bagi dunia sastra Tanah Air. Selama ini, Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai maestro sastra dengan karya-karya sederhana namun puitis. Tak sedikit karya puisinya yang dimusikalisasi bahkan diadaptasi ke film salah satunya puisi Hujan di Bulan Juni.
(doc/doc)