Suku Bajo memang dikenal dengan sebutan 'manusia laut'. Orang-orang yang tinggal di atas lautan memang sudah terbiasa berenang dan menyelam tanpa alat bantuan apapun. Suku Bajo biasa menyelam selama 13 menit di kedalaman 200 kaki.
Ide mengenai latar dan keistimewaan Suku Bajo diangkat oleh novelis 'Entrok' bermula dari data di jurnal ilmiah Biologi 'Cell'. Dalam data tersebut, warga suku Bajo di Sulawesi memiliki ukuran limpa yang 50 % lebih besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Novel 'Mata dan Manusia Laut' Terbit 20 Mei |
Saat itu surat kabar internasional sudah menyiarkan hasil penelitian tersebut dan menjadi kabar yang baik dari Tanah Air.
"Setelah diteliti ternyata genetik mereka berubah, karena mereka biasa menyelam di lautan. Saya membacanya di New York Times dan dari situ terbesit untuk mengambil soal Suku Bajo," kata Okky.
![]() |
'Mata dan Manusia Laut' mengisahkan petualangan Matara dan ibunya ke kepulauan Sulawesi bagian tenggara. Di kepulauan yang menjadi rumah bagi manusia laut itu, Matara berjumpa dengan Bambulo. Dia adalah bocah asal Suku Bajo yang sejak balita sudah berenang dan menyelam di laut layaknya seekor ikan.
Berawal dari rasa penasaran, dua bocah itu mengarungi lautan. Hal yang sesungguhnya biasa dilakukan oleh orang Bajo. Namun lautan punya irama dan aturan yang harus selalu diikuti. Kelalaian Bambulo menghadirkan bencana sekaligus petualangan menakjubkan bagi mereka.
Sebelumnya Okky merilis novel anak 'Mata di Tanah Melus' dan 'Mata dan Rahasia Pulau Gapi'. Selama ini Okky dikenal sebagai penulis novel dewasa yang karya-karyanya kerap menyuarakan kritik sosial.
Novel 'Maryam' di tahun 2012 meraih penghargaan Khatulistiwa Literary Award. Selama 5 tahun berturut-turut, karya Okky masuk nominasi 5 besar dalam penghargaan tersebut.
(tia/nu2)