'Bugiali' merupakan kumpulan cerpen dari karya seorang penulis dari Lombok yang terdiri dari 20 kisah. Buku yang ditulisnya sejak 2015 itu diterbitkan oleh penerbit Pustaka Jaya dan bekerja sama dengan Studiohanafi.
Sebanyak 19 dari 20 cerita pendek yang terangkum dalam buku ini pernah diterbitkan di berbagai media cetak. Arianto menuturkan karyanya dipengaruhi oleh kenangan masa kecilnya di Lelenggo, Lombok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa cerita yang terhimpun dalam 'Bugiali' diakhiri dengan strategi ending terbuka. Seperti dalam cerpen pembuka yang berjudul 'Suara Dari Puncak Bukit' menceritakan tentang sepasang suami istri, Maq Colak dan Naq Colak, yang berselisih paham tentang makna kesejahteraan hidup.
Pilihan ending terbuka seperti itu punya alasan tersendiri baginya.
"Pengamatan pada kehidupan sehari-hari yang membuat ending terbuka itu sangat mungkin dilakukan," ujar Arianto.
Selain itu, di kumpulan cerita pendek ini, pembaca disuguhkan berbagai kosakata Sasak. Arianto sendiri menjelaskan bahwa dengan memasukkan kosakata Sasak, ia dapat masuk lebih dalam ke cerita yang ia buat.
Musyawarah Buku kumpulan cerpen 'Bugiali' berlangsung pada Jumat (1/2/2019) di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan.
Simak Juga 'Karya Seni Dua Negara Dalam Satu Ruang, Indonesia dan Thailand':
(tia/dar)