Sastrawan Eka Kurniawan kian mengukuhkan prestasinya di tingkat internasional. Penghargaan bergengsi dari Kerajaan Belanda The Prince Claus Fund mengumumkan para pemenang dari Prince Claus Awards 2018. Salah satunya adalah penulis 'Cantik itu Luka' tersebut.
Eka Kurniawan menerima penghargaan Prince Claus berbarengan dengan nama lainnya. Yakni penulis naskah teater asal Uganda Adong Judith, arsitek asal Syria Marwa al-Sabouni, seniman dan filmmaker dari Filipina Kidlat Tahimik, platform budaya dan jurnalisme independen O Menelick 2Β° Ato.
Di kategori Principal Prince Claus ada lembaga pelatihan Market Photo Workshop dari Afrika Selatan yang menerima hadiah. Serta kategori Next Generation ada koreografer dan penari Dada Masilo dari negara yang sama.
Prince Claus Awards berlangsung sejak 1997 dan memberikan penghormatan terhadap individu serta organisasi yang secara progresif mengembangkan budaya di negaranya. HRH Prince Constantijn dari Belanda akan memberikan hadiah dalam acara penganugerahan di Royal Palace Amsterdam 6 Desember mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kami senang mengumumkan pencapaian para pemenang di tahun ini dan beberapa kategori yang fokus di generasi mendatang," tutur Direktur Prince Claus Fund Joumana El Zein Khoury dalam keterangan pers yang diterima detikHOT, Kamis (6/9/2018).
Dia menambahkan, "Para pemenang yang kami umumkan hari ini, lewat caranya masing-masing berhasil berpikir berbeda, terbuka, melihat sejarah, dan budaya dalam cara baru."
Penulis kelahiran 1975 di Tasikmalaya itu mampu mengeksplorasi sejarah Indonesia yang kompleks lewat karya fiksinya. Eka Kurniawan yang belajar sastra realisme sosial dari sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer mengembangkan gaya inovatifnya sendiri. Dia pun dibandingkan dengan Gabriel Garcia Marquez dan Haruki Murakami.
![]() |
Novel perdananya 'Cantik Itu Luka' atau dalam bahasa Inggris berjudul 'Beauty is a Wound' adalah cerita satire yang mengisahkan tragedi keluarga dengan topik tentang sejarah kolonial Belanda, penjajahan Jepang, dan era diktator dari Suharto.
Sebelum nama Eka Kurniawan, Teater Garasi asal Yogyakarta menerima penghargaan pada 2013 dan seniman visual FX Harsono di tahun 2014. Jauh sebelum itu, dalang Slamet Gundono juga meraih hadiah yang sama pada 2005 silam.