Hal tersebut diungkapkan perempuan yang akrab disapa Dee di sesi 'A Day with Dewi Lestari' yang diselenggarakan oleh Penerbit Bentang Pustaka, akhir pekan lalu.
"Saya memahami kenapa Supernova satu sampai enam susah diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Karena ketika mereka membeli hak ciptanya harus sampai enam seri dan itu butuh biaya yang nggak sedikit. Artinya, harus menterjemahkan seri satu sampai enam," tutur Dee.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena hal itu, lanjut Dee, membuat karyanya susah diterjemahkan. Berbeda dengan penulis kenamaan lain yang sudah menerbitkan novel-novel lainnya dan sukses diterjemahkan ke dalam bahasa lain.
"Kalau novel single, satu cerita selesai, ya lebih mudah rights-nya dijual. Makanya saya berpikir ingin menerbitkan novel single lebih banyak lagi. Sampai sekarang saya hanya punya satu novel single, yaitu Perahu Kertas," pungkas Dee.
Sebelumnya seri 'Supernova' sudah rilis sejak 2001 silam. Di antaranya adalah 'Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh', 'Akar' (2002), 'Petir' (2004), 'Partikel' (2012), Gelombang' (2014), dan 'Inteligensi Embun Pagi' (2016).
Baca Juga: Retno Hening Sisipkan Pesan Khusus di Buku 'Happy Little Soul'
(tia/ken)