Pameran retrospektif Jeihan Sukmantoro tengah digelar di Museum Puri Lukisan Ubud, Bali. Lukisan-lukisan karya Jeihan dikenal dengan figur si 'mata hitam. Apa makna di balik 'mata hitam'?
Menurut Azasi Adi, anak kedua dari Jeihan Sukmantoro, ada tiga pendekatan filosofi di balik sosok manusia tanpa bola mata milik ayahnya.
"Beliau konsisten menggambar manusia tanpa bola mata sejak usia 27 tahun. Pertama, bahwa masa depan adalah misteri, tidak ada satupun orang di dunia ini yang bisa mengetahui masa depan mereka. Hitam juga berarti netral, tidak memihak salah satu. Warna hitam di sini mungkin dipilih Bapak, terkait situasi politik saat beliau berkarya di zamannya, dimana politik masih bergejolak dan warna bisa diartikan sebagai keberpihakan terhadap satu kubu," terangnya dalam keterangan yang diterima detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Filosogfi yang ketiga berkaitan dengan isu lingkungan yang makin lama dipenuhi polutan. "Mungkin nanti manusia di masa depan menutup mata mereka untuk menghindari radiasi," katanya.
Jika menilik lebih dalam lagi, sambung Adi, sosok figur 'mata hitam' bisa juga diartikan sebagai mata batin. Sang ayah yang karena kecelakaan di masa kecil mengalami kerusakan parah di bagian kepalanya hingga sempat mati suri hingga dia mengaku sering diajak sang ayah ke tempat-tempat mistik.
"Bisa jadi, Bapak saya itu sering melihat makhluk halus, dengan tampilan mata yang bolong. Tapi terlepas dari itu semua, Bapak mampu konsisten, dan tetap yakin dengan konsep lukisnya itu selama 50 tahun ia berkarya bahkan yang awalnya ditolak, dicemooh, bahkan dihina, kini telah diakui sebagai karya maestro seni rupa Indonesia modern," ucapnya bangga.
Pameran retrospektif yang memuat perjalanan kekaryaannya selama lebih dari 5 dekade kini tengah dipamerkan di Museum Puri Lukisan Ubud, Bali, mulai akhir pekan lalu hingga 5 Januari 2024.
Pameran yang diinisiasi oleh G3N Project dan Studio Jeihan ini menampilkan 64 lukisan karya Jeihan Sukmantoro di Museum Puri Lukisan Ubud, Bali. Eksibisi bertajuk Solo Exhibition: Jeihan and The New Indonesian, menjadi pameran terbesar dan terbanyak yang ditampilkan di Indonesia.
General Manager G3N Project Andry Ismaya Permadi mengatakan pameran retrospektif kali ini adalah yang terlengkap. "Kita bisa melihat karya Jeihan di era sebelum figur dengan 'mata hitam' muncul. Ini sekaligus menjawab keraguan banyak orang, yang mengira jika tokoh 'mata hitam' yang menjadi ciri khas Jeihan muncul karena ketidakmampuan Jeihan mengekspresikan objek lukisnya lewat mata," terangnya dalam keterangan yang diterima.
Sosok figur 'mata hitam' merupakan ciri khas dari pria kelahiran Surakarta, 26 September 1938. Figur-figur dengan mata hitam itu muncul di era sesudah 1965.
Jauh sebelum itu, lukisan-lukisan Jeihan Sukmantoro ditampilkan dengan gaya realis dan mata yang indah. " Jeihan memang sengaja memunculkan sosok mata hitam sebagai bagian dari ciri khas karya-karyanya dan dianggap mampu lebih dalam mengekspresikan karya-karyanya," sambungnya.
(tia/dar)