Suasana penyelenggaraan Sukabumi 1980 tampak berbeda. Gerimis tipis-tipis yang turun di area Selabintana Conference Resort menambah kesyahduan acara. Sejak berada di pintu gerbang, suasana kota Sukabumi di dekade 1980-an menambah kemeriahan.
Penonton yang hadir tampak mengenakan kebaya dan kain batik, ada juga yang tampil serba retro untuk menyemarakkan Sukabumi 1980. Sejak pukul 16.00 WIB, berbagai sanggar yang ada di kota Sukabumi turut memeriahkan. Tepat pukul 19.30 WIB, gelaran Sukabumi dimulai.
Dipandu oleh Merwan Meryaman dan Jeni Aripin, Kiara Anjar Candrakirana dan suara merdu Dewi Gita yang nyinden memulai aksinya. Dilanjutkan Donna Agnesia yang membacakan sajak tentang kota Sukabumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sukabumi 1980, dimana masa jaya segala budaya terangkum dan pernah dirayakan, dimana masyarakatnya berada tercerminkan dalam pola dan perilaku, hidup berbangsa, dan bernegara. Lestari budaya, Sukabumi 1980 suasana ketika cipta masyarakatnya berbaur dan mempesona," ucap Donna Agnesia.
Para penari dari Sanggar Gumintang Cicurug pun langsung membawakan tarian Jaipong Daun Pulus Keser Bojong. Usai kemeriahan yang membuat sebagian penonton ngibing, Dewi Gita menampilkan tari Kandagan bersama karawitan dari Sanggar Seni Gapura Emas.
![]() |
Tiba giliran penampil Ariel Tatum hingga Happy Salma yang membawakan Aduh Manis. Lenggak-lenggok ketika keduanya menari membuat 3 orang penari laki-laki naik ke atas panggung, dan turut berjoget.
Dari atas panggung, Happy Salma mengaku hanya latihan menari Jaipong sebanyak 4 kali. "Punten, kami kayak uji nyali, sebenarnya kami menginjakkan kaki di sini, untuk memahkotai seniman-seniman Sunda di tempat saya lahir dan besar di sini. Ketika kecil, saya sering dengar bebunyian di halaman depan orang, saya sudah lama nggak dengar lagi. Makasih ya buat semuanya," ucap Happy Salma di Selabintana Conference Resort, Sukabumi, Jawa Barat pada Jumat (8/12/2023) malam.
![]() |
Sukabumi seperti diketahui menjadi kota kelahiran Happy Salma. Lebih dari 35 tahun yang lalu, masa kecilnya dipenuhi oleh suara-suara gamelan laras Sunda hingga tari-tarian yang diajarkan kepada setiap anak kecil.
Suasana dan sihir itulah yang coba dihidupkan lagi Happy Salma dalam panggung Sukabumi 1980.
"Di era 1980-an, Sukabumi menjadi salah satu kota di Jawa Barat yang akrab dengan kesenian tradisional. Beragam kesenian dan kebudayaan Sunda seperti degung, pencak silat, tari Jaipong, dan berbagai kesenian khas Sunda lainnya dapat ditemukan dalam berbagai kegiatan masyarakat seperti di sekolah, upacara peresmian dan hajatan. Setelah pindah dan tinggal di kota lain, muncul sebuah kerinduan dengan kota yang menjadi akar dari kehidupan saya," katanya.
Sukabumi 1980 yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation pun menjadi gelaran yang bukan 'tempelan' semata. Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian menjanjikan bakal ada kegiatan serupa di kota-kota lainnya.
![]() |
"Iya mudah-mudahan ke depannya, bakal ada kegiatan seni tradisi serupa di kota-kota lainnya," ucapnya.
Di akhir gelaran Sukabumi 1980 yang terasa seperti pasar jadul, ditutup dengan aksi para penari profesional hingga warga Sukabumi yang ikut ngibing tanpa henti sampai lagu selesai. Suasana guyub dan merakyat tak seperti perhelatan akbar di kota besar, menutup pagelaran Sukabumi 1980 dengan rasa bahagia yang membuncah di dalam hati.
![]() |
(tia/wes)