Ingat dengan patung bambu yang dibangun di area Bundaran HI ketika era Anies Baswedan berjaya sebagai Gubernur DKI? Karya seni instalasi yang dibuat dengan 1.600 batang bambu itu sempat menuai kontroversi dan pembicaraan.
Empat tahun berlalu, Joko Avianto hadir dengan eksplorasi terkini yang menggabungkan antara material bambu dan kayu. Bambu tak hanya menjadi metode maupun bahan berkarya satu-satunya.
Seniman asal Jawa Barat itu juga mengembangkan teknik lipatan dalam berkarya. Ketika ditemui di pembukaan pameran seni Continuum garapan Murai Art Projects yang berkolaborasi dengan TEKA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam bahasa seni patung modern, lipatan itu sendiri sudah lama dibahas. Saya melihatnya pengalaman membuat lipatan, gimana jejak di patung, figur, atau ada kain di bagian luarnya. Jejak lipatan itu berasal dari bagian terdalamnya," kata Joko Avianto ditemui di showroom TEKA, Alam Sutera, belum lama ini.
Joko menggunakan oakwood putih yang diimpor TEKA dari luar negeri. Kayu setebal 9 milimeter itu pun harus ditipiskannya lagi menjadi lebih tipis, dan bisa bersanding dengan bambu yang biasa dipakainya.
"Sifat kayu itu memang susah ya. Saya mintanya balok tapi agak sulit ya. Sulitnya menyatukan material bambu yang awalnya permukaan ditempel dengan kayu. Dua bahan yang berbeda dan kontras," katanya.
Dalam menciptakan patung Fold Perception berukuran 190 x 90 x 260 cm itu, Joko Avianto menggunakan 5.000 lembar kayu tipis, yang sebanyak 80 persen dipakai dalam karya-karyanya. Bahkan Joko sampai menyerutnya lagi supaya semakin tipis.
"Kalau bambu ini jauh lebih elastis ya, kayu ini sebetulnya dipaksakan untuk dibentuk atau dilekuk seperti yang saya inginkan. Tapi senangnya karena bahan ini adalah eksplorasi terbaru saya," ungkap Joko.
Joko Dwi Avianto lahir pada tahun 1976 di Cimahi, Jawa Barat. Selama 1996-2001, Joko menempuh pendidikan seni di Institut Teknologi Bandung. Selanjutnya pada 2003-2005, Joko melanjutkan studinya di program pasca-sarjana Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung.
Dalam situs IVAA, Joko seringkali menggunakan media dari bambu, ataupun yang berhubungan dengan bambu, pada berbagai karyanya. Pada pameran bersama Reborn (Semarang, 2009), Joko menggunakan media bambu pada instalasinya yang diletakan pada sekitar pintu.
Menurutnya, media bambu tersebut sesuai dengan gagasanya dalam mengkritisi eksploitasi alam. Pada pameran bersama lainnya, "Contemporary Landscape" (Bandung, 2011), Joko menampilkan karya berjudul "wrapping java". Karya tersebut terbuat dari resin dengan bentuk anyaman bambu yang seperti membungkus pulau Jawa. Menurut Asmudjo Jono Irianto sebagai kurator, karya tersebut mengangkat tema mengenai hubungan alam dan budaya. Pulau Jawa yang terbungkus oleh anyaman bambu dapat dilihat sebagai metafor keinginan utopis untuk mempertahankan keaslian alam dan budaya Jawa.
(tia/pus)