Mal Blok M menjadi pusat perbelanjaan bawah tanah legendaris yang berjaya di era 1990-an. Nama Mal Blok M perlahan meredup selaras dengan berubah fungsinya terminal Blok M yang kini hanya menjadi satu-satunya perhentian bagi TransJakarta.
Pandemi menambah suasana Mal Blok M menjadi sengsara. Mal yang dahulu berjaya sebagai pusat perbelanjaan yang gaul dan bergengsi kini cuma nama, bangunan ruang bawah tanahnya kini sepi dan hanya sebagai tempat lalu-lalang. Kondisi itu membuat penyelenggara Jakarta International Photo Festival (JIPFest) mengalihfungsikan sementara sebagai salah satu lokasi pameran foto hingga 24 September 2023.
JIPFest yang menjadi platform bagi fotografer dan publik untuk bertemu, berdialog, dan bertukar gagasan, di edisi keempatnya kini tetap berada di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Area bawah tanah Mal Blok M menjadi salah satu lokasi bagi pameran seni bertajuk Generation yang dikuratori Asep Topan, Bas Vroege asal Belanda, dan Ng Swan Ti.
Pameran ini menghadirkan 24 seniman dan fotografer dari 13 negara. Jika kamu suka melihat berbagai karya foto, pameran ini layak untuk didatangi. Dari Circle K maupun kedai kopi Tuku, turunlah ke arah bawah tanah Mal Blok M. Di bagian kirinya, berbagai karya dipajang.
Ruang kosong di Mal Blok M dibagi per area untuk memajang karya. Bukan lagi berada di dalam white cube, kurator JIPFest membuatnya menjadi per-bagian yang dipisahkan oleh kayu-kayu.
Salah satu yang menarik adalah jepretan Muhammad Zaenuddin yang membuat seri tentang The Phenomenon of Citayam Fashion Week (2022). Dia menjepret beberapa seri foto tentang mereka yang berlenggak-lenggok di Citayam Fashion Week, salah satunya di dalam KRL.
Hajime Kimura asal Jepang yang mengajak pengunjung untuk menelisik makna personal dari karya yang ditampilkan. Beda halnya dengan fotografer asal Jakarta, Erik Prasetya yang memotret sejak 1997 hingga 2000-an tentang peristiwa Reformasi dari studio foto tempatnya berkarya.
"Dia menganggap studio foto sebagai laboratoriumnya, ketika Reformasi terjadi, dia menangkap fenomena itu yang dijepret setiap hari selama 3 tahun lebih. Karyanya penting untuk memberi tahu kepada generasi sekarang," kata kurator pameran, Asep Topan.
Melalui pameran fotografi Generation, Asep Topan mengatakan ada banyak perspektif dari para seniman dan fotografer yang ditampilkan. Sudut pandang itulah yang ingin dibagikan kepada khalayak umum.
"Gimana melihat generasi setelahnya bukan hanya bicara soal usia tua dan muda, justru ada perspektif ini menjadi hal terpenting," tukasnya.
Karya-karya yang terpilih untuk ditampilkan dalam pameran dianggap berhasil menampilkan narasi yang jarang dibicarakan, mengenai pembentukan generasi lewat masa lalu yang getir, masa kini yang dinamis, dan masa depan yang penuh spekulasi. Pameran foto ini dibuat seartistik mungkin, terasa seperti melihat pameran seni rupa. Ruang-ruang yang hadir tidak monoton, bisa dilihat dari berbagai sudut tanpa tendensi apapun.
Di area Mal Blok M, audiens juga dapat mengunjungi pameran dumi buku dan zine foto yang diseleksi lewat Photo Book Dummy Awards, prakarsa baru yang bertujuan mendukung literasi visual dan publikasi foto di Indonesia. Dari 48 dumi kiriman, tim juri yang terdiri dari Howard Brawijaya (Direktur Harapan Prima Printing), Kurniadi Widodo (fotografer dan edukator), dan Ng Swan Ti (Pannafoto Institute) memilih 17 dumi sebagai finalis.
Simak Video "Video: Before-After Mal Blok M yang Mulai Bangkit Setelah Mati Suri"
(tia/mau)