Ariyah dari Jembatan Ancol: Horor Tanpa Menakut-nakuti

Review

Ariyah dari Jembatan Ancol: Horor Tanpa Menakut-nakuti

Tia Agnes Astuti - detikHot
Kamis, 27 Jul 2023 19:03 WIB
Pementasan Ariyah dari Jembatan Ancol produksi Titimangsa Foundation
Foto: bangjose/ Courtesy of Image Dynamics/ Titimangsa Foundation
Jakarta -

Horor menjadi genre yang digandrungi saat ini, mulai dari film, buku maupun Thread Twitter. Selama 5 tahun terakhir, horor seakan-akan menjadi industri yang paling cuan untuk dinikmati masyarakat Indonesia. Tapi bagaimana jika horor diadaptasi ke dalam pertunjukan teater?

Setelah kelompok sandiwara Sunda Miss Tjitjih asal Kemayoran menjadi satu-satunya grup yang eksis mementaskan lakon horor sejak 1928, kini Titimangsa mencoba melakukan jejak yang sama. Terinspirasi dari legenda urban Si Manis Jembatan Ancol, Titimangsa kini menggelar pentas Ariyah dari Jembatan Ancol pada 27-28 Juli pukul 20.00 WIB di Teater Jakarta, TIM.

Bukan Titimangsa namanya, kalau tidak menghadirkan lakon teater yang tak biasa. Cerita tentang Si Manis sudah lumrah diketahui warga Jakarta namun ada banyak plot twist hingga visual yang ciamik kali ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdurasi 2 jam, Ariyah dari Jembatan Ancol menghadirkan akting para aktor dan aktris Tanah Air, artistik panggung ciptaan Iskandar Loedin dan tim yang diacungi empat jempol, dan naskah lakon adaptasi sastrawan Kurnia Effendi.

Lakon dibuka dengan kisah Ariyah (Chelsea Islan) dan ibunya Mak Sabilah (Ririn Ekawati) yang terjerat utang Juragan Tambas (Ario Bayu) untuk pengobatan sakit suaminya. Kerjaan Ariyah yang tak seberapa membuat Juragan Tambas terus menaikkan pajak utangnya yang nggak karuan.

ADVERTISEMENT
Pementasan Ariyah dari Jembatan Ancol produksi Titimangsa FoundationPementasan Ariyah dari Jembatan Ancol produksi Titimangsa Foundation Foto: bangjose/ Courtesy of Image Dynamics/ Titimangsa Foundation

"Inilah tahun 1817-an. Di Pasar Paseban yang kini dikenal dengan area Lapangan Banteng, kisah itu dimulai. Kisah yang bermula dari petaka kecil," ucap narator (Joind Bayuwinanda) yang menjadi pedagang kain.

Karim (Gusty Pratama) yang membuka usaha kue kayu manis di Pasar Paseban kasihan kepada Ariyah lalu menjual tokonya. Dia menemui para centeng, namun nasib naas didapatkan Karim. Dia dibunuh dan jasadnya dibuang ke sebuah lokasi yang tak diketahui.

Ariyah mencari kekasih hatinya hingga berlari ke arah Jembatan Ancol. Dia mengira Karim dibuang ke sana, namun nasib naas juga menimpa gadis jelita Batavia tersebut.

Di 2023, lokasi yang sama, Yulia (Mikha Tambayong) tinggal bersama bayi di rumah peninggalan suaminya. Bersama Tante Mustika (Rahayu Saraswati), mereka mendapatkan teror dari Mintarjo Sasongko (Ario Bayu).

Pementasan Ariyah dari Jembatan Ancol produksi Titimangsa FoundationPementasan Ariyah dari Jembatan Ancol produksi Titimangsa Foundation Foto: bangjose/ Courtesy of Image Dynamics/ Titimangsa Foundation

Yulia mau diusir oleh Mintarjo seorang mafia tanah. Tapi Yulia justru mendapatkan gangguan dari makhluk halus. Gangguan itu dikiranya berasal dari orang suruhan Mintarjo.

Berbagai plot twist dihadirkan Titimangsa Foundation sehingga menjadi lakon tak biasa. Ariyah yang kerap mengganggu Yulia pun mencoba menguak berbagai fakta di masa lalu. Satu per satu, konflik dan penyelesaian dirampungkan namun misteri mengenai si Manis masih menjadi teka-teki hingga kini. Titimangsa menutup lakon dengan sebuah pernyataan tegas 'Aye Ariyah masih ada di sini'.

Ariyah dari Jembatan Ancol menjadi lakon teater kesekian kalinya yang digarap tata panggungnya oleh Iskandar Loedin. Pria yang sudah melanglang buana di berbagai pertunjukan teater itu membuat konsep panggung berputar dengan adanya dua periode yakni 1817 dan 2023.

Pementasan Ariyah dari Jembatan Ancol produksi Titimangsa FoundationPementasan Ariyah dari Jembatan Ancol produksi Titimangsa Foundation Foto: bangjose/ Courtesy of Image Dynamics/ Titimangsa Foundation

Panggung realis dari dua era tersebut semakin mempertegas dan membuat detail penceritaan mengenai legenda urban Si Manis. Ada rumah milik Ariyah dan Yulia yang saling bertautan. Satu hal yang menarik dari artistik panggungnya ketika lampu dimatikan untuk pergantian adegan, Iskandar Loedin membuat sebuah 'lukisan' layaknya bentuk perbukitan. Artistiknya menjadi sebuah 'karya seni' yang tak terpisahkan dari adaptasi kali ini.

Jangan lupakan karakter simpel namun penting. Kehadiran para hantu seperti hantu putih (Josh Marcy) dan hantu Jenglot (Siko Setyanto) menjadi nilai plus dari pertunjukan. Mereka yang berprofesi sebagai koreografer tari ternama Indonesia mampu bergerak tanpa dialog layaknya sebuah seni performans. Gerakan tanpa jumpscare yang sok nakutin sama sekali tidak diperlihatkan. Kedua hantu menjadi elemen terpenting dalam lakon.

Terlepas dari kisah urban yang melegenda, Si Manis menjadi cerita objektifikasi perempuan yang terus diceritakan namun terkesan stereotip. Kurnia Effendi mampu mengubahnya menjadi sandiwara radio pada 2020 yang kini sukses memukau lewat lakon Ariyah dari Jembatan Ancol. Selamat menyaksikan!




(tia/pus)

Hide Ads