Apa yang kamu pahami jika mendengar kata mur? Dalam bahasa Indonesia mur yang berarti besi berbentuk heksagonal yang kerap dipakai untuk dipasangkan baut kini menjadi tema pameran yang dipersembahkan oleh ROH.
Galeri seni yang berada di Jalan Surabaya Nomor 66, kawasan Menteng, Jakarta Pusat menampilkan pameran kelompok bersama sejumlah seniman Asia. Ada yang berasal dari Thailand, Filipina, Hong Kong, dan Indonesia.
Dalam pameran seni murmur, ROH mengajak para seniman untuk berkarya sesuai imajinasinya masing-masing. Eksibisi ini mencoba menelusuri hubungan dan transformasi antara kata-kata dengan etimologi, ide, citra, dan bentuk yang mengalir dalam suatu siklus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam bahasa Inggris, kata mur ini bunyinya seperti meniru ketika diucapkan. Bisikan yang nggak bisa didengar atau bisa ditangkap di bahasa Indonesia kita. Kata mur juga dekat dengan benda utilitarian, pengencang untuk baut dan sekrup," kata Adinda Yuwono dari ROH ketika diwawancarai detikcom.
Dari kata itulah, pihak galeri mencoba menyeleksi karya para seniman. "Bagaimana akhirnya dari kata itulah didefinisikan oleh mereka," katanya.
Dari pintu masuk ROH, tengoklah ke sebelah kanan karena ada dua lembar kertas yang ditempel. Melihatnya saja terkesan biasa-biasa saja namun karya itu diambil dari permainan kata namun punya arti berbeda.
![]() |
Di sebelahnya, ada tiga karya seni yang saling melengkapi dan paling sering menjadi obyek foto oleh pengunjung. Ada karya Tromarama, Bagus Pandega, dan Tsang Kin-Wah yang memanjakan matamu.
Berlanjut ke bagian berikutnya, jangan lupakan lukisan Nadya Jiwa yang kental nuansa gelap namun setiap obyek punya cerita tersendiri.
Di ruangan paling tengah dari ROH sekaligus menjadi pusat dari pameran, di sini pengunjung bisa melihat satu instalasi besar karya Agung Kurniawan yang menceritakan kisah di balik penyintas '68. Berjudul Holy Chamber, seniman asal Yogyakarta ini mengajakmu untuk menelisik lebih jauh cerita dari berbagai pakaian, kebaya, rok, maupun kemben yang pernah dipakai para penyintas.
Selain mereka, pameran seni murmur juga menampilkan karya dari Aracha Cholitgul, Banny Jayanata, Dusadee Huntrakul, Faisal Habibi, Gary-Ross Pastrana, Pratchaya Phintong, dan Tsang Kin-Wah. Pameran yang bekerja sama dengan Bangkok CityCity Gallery, Nova Contemporary, dan Silverlens Gallery masih bisa dilihat sampai akhir bulan ini.
(tia/dar)