Dunia arsitektur Nusantara tak lepas dari kebudayaan masa lampau. Di Jawa Timur, ragam budaya Jawa dibawa sejak masa kejayaan Hindu Singosari dan Majapahit. Hasilnya adalah banyak langgam dan gaya bangunan Jawa Timuran yang muncul dengan berbagai fungsi baru.
Pengamat arsitektur tradisional, Anis Hidayat, mengatakan sejarah mengenai bangunan masa lalu dimulai sejak era kerajaan Majapahit dan Singosari.
"Potensi arsitektur lokal menjadi salah satu ciri khas Jawa Timur yang harus dilestarikan sampai sekarang. Jawa Timuran bukanlah sebuah langgam atau gaya, bukan juga varian dari Jawa Kulonan (Tengahan) melainkan sikap kreatif dan strategis di tengah konfrontasi tradisi dan kekinian," ungkapnya saat memaparkan secara virtual, Kamis (25/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anas Hidayat yang mendalami sejarah arsitektur tradisional itu menuturkan banyak bangunan khas Jawa Timuran yang dibuat sejak lama dan masih ada sampai sekarang.
"Hal ini yang jadi pertanyaan saya, apakah mesin rancang Jawa juga masih bisa beroperasi di tangan arsitek-arsitek masa kini? Apakah kini dia sudah rusak atau macet," katanya.
Kekhasan Arsitektur dengan nilai budaya yang membuat banyak pihak menerapkan langgam dan gaya bangunan Jawa Timuran itu untuk berbagai fungsi baru. Meski tidak sepopuler nama arsitektur Joglo di Jawa Tengah atau Bagonjong di Sumatera Barat, sosok rumah Jawa Timur ini 'ada dan sangat mengesankan'.
Arsitek Bambang Sutrisno menambahkan arsitektur tradisional Jawa Timur berawal dari kehidupan bertahun-tahun masyarakat Jawa Hindu sampai adanya pengaruh dari agama Islam.
"Hal ini menarik untuk ditelisik karena dikaitkan dengan pembangunan arsitektur dan kawasannya masa kini. Konon keindahan bangunan tradisional Jawa di era Kerajaan besar Majapahit membuat orang terus ingin tahu tentang filosofi dan penggunaan elemen bangunan yang diatur oleh adat istiadat dan agama saat itu untuk memberi rasa nyaman," sambungnya.
Arsitek Hari Sunarko juga menyampaikan pengalamannya mengembangkan arsitektur khas Jawa Timuran untuk menghargai tradisi dan budaya lokal secara kekinian. "Budaya lokal ini harus dilestarikan karena bentuk dan gayanya masih kontekstual," tukasnya.
(tia/tia)