Lebih Megah, Pentas Sudamala: Dari Epilog Calonarang Bakal Digelar di Solo

Lebih Megah, Pentas Sudamala: Dari Epilog Calonarang Bakal Digelar di Solo

Pingkan Anggraini - detikHot
Rabu, 24 Mei 2023 09:20 WIB
Jumpa Pers Pementasan Sudamala: Dari Epilog Calonarang
Jumpa pers pementasan Sudamala: Dari Epilog Calonarang digelar di kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Foto: Pingkan Anggarini/ detikHOT
Jakarta -

Setelah sukses diselenggarakan di Gedung Arsip Nasional Jakarta tahun lalu, pementasan Sudamala: Dari Epilog Calonarang bakal 'berlabuh' ke Solo. Kota Solo sengaja dipilih penyelenggara, Titimangsa Foundation.

Pertunjukan yang hadir dalam kolaborasi Satu dalam Cita merupakan rangkaian acara yang terdiri atas Sudalama: Dari Epilog Calonarang (24 & 25 Juni 2023), Pasar Kangen (23-25 Juni 2023), Royal Heritage Dinner (23-25 Juni 2023) serta kegiatan kebudayaan lainnya yang diselenggarakan di Pura Mangkunegaran, Solo.

Sudamala: Dari Epilog Calonarang diproduseri oleh Nicholas Saputra, Happy Salma, dan Gde Bayu Putra selaku produser pendamping acara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nicholas Saputra menuturkan lokasi penyelenggaran di Solo disepakti karena memiliki nilai sejarah dan konteks kekinian.

"Kami bertiga sepakat untuk dapat kembali menyelenggarakan pertunjukan Sudamala di Solo, tepatnya di Pura Mangkunegaran. Karena, tempat ini bagi kami sangat ideal berhubung memiliki nilai sejarah yang tinggi dan sangat terbuka untuk menerima berbagai bentuk kebudayaan yang beragam dan dari wilayah yang berbeda," ungkap Nicholas Saputra saat jumpa pers di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.

ADVERTISEMENT

Dilihat dari nilai sejarah, spirit keberagaman antara budaya Jawa dan Bali sudah terlihat sejak 1929 Tjokorda Gde Raka Sukawati ke Solo untuk menghadiri Kongres Java Instituut kelima. Dia menyampaikan orasi tentang Bali.

"Pada prinsipnya, masyarakat Jawa dan Bali berasal dari akar (roots) yang sama. Di Mangkunegaran sendiri, di era Eyang Buyut saya, KGPAA Mangkunegara VII, banyak sekali dibangun hubungan kebudayaan dengan kerajaan-kerajaan di Bali sekitar tahun 1930-1940an," kata KGPAA Mangkoenagoro X.

Happy Salma juga menambahkan sejak awal persiapan penyelenggaran Sudamala: Dari Epilog Calonarang ada banyak tantangan yang dihadapi. Salah satunya, menyamakan persepsi.

"Menyamakan persepsi kita tentang budaya, memandang tujuan. Kalau timnya sendiri kan kita sudah mengerjakan Sudamala itu dimulai dari riset dan lain sebagainya, sudah setahun lebih ya. Jadi kita sudah cukup percaya diri dari tim penampilnya sendiri. Tapi tantangan menyatukan itu adalah hal yang menggairahkan buat saya. Karena sekalinya kita sudah satu tujuan ya pasti akan lancar," katanya.

Happy Salma bersama tim pun harus memangkas durasi pementasan, dari 6 jam menjadi 2 jam. Hal itu diungkapkannya menjadi tantangan tersendiri.

"Jadi bayangkan pertunjukan ini dari karya sastra dari Jawa ya, tadinya biasanya dipentaskan kurang lebih 6 jam. Kita harus mengerucut kan menjadi 2 jam itu adalah PR sendiri. Jadi kita melibatkan akademisi, lalu juga budayawan. Jadi untuk menyatukan itu kita butuh proses panjang sehingga bisa membawanya ke Jakarta dan sekarang ke Solo," pungkasnya.

Pementasan Sudamala: Dari Epilog Calonarang adalah karya kolaborasi antara 90 orang seniman dan maestro Bali juga kota lainnya yang dipentaskan di Pamedan Pura Mangkunegaran. Menceritakan kisah Walu Nateng Dirah, seorang perempuan yang memiliki kekuatan dan ilmu yang luar biasa besar serta ditakuti banyak orang termasuk membuat resah raja yang berkuasa saat itu, Airlangga.

Hal ini pula yang menyebabkan tak banyak pemuda yang berani mendekati putri semata wayangnya, yang bernama RatnaManggali.WaluNatengDirah sangat kecewa dan mengekspresikan kepedihannya dengan menebar berbagai wabah. Luka hatinya itu akhirnya sementara terobati, setelah Ratna Manggali menikah dengan Mpu Bahula.




(tia/tia)

Hide Ads