Pendiri Teater Koma, Nano Riantiarno meninggal dunia di usia 73 tahun usai berjuang melawan tumor di bagian paha kiri dan kanker paru-paru yang diidapnya.
Sosok Nano Riantiarno meninggalkan duka yang mendalam dari aktor senior Mathias Muchus. Mendengar kabar kepergian tersebut, ia langsung bergegas menuju rumah duka menggunakan sepeda motornya.
"Tadi saya dengar kabar dari istri saya, pagi-pagi beliau perginya, bahwa sahabat kita Nano Riantiarno pergi meninggalkan kita. Kaget, syok saya, saya cepat-cepat ke sini pakai motor, nemuin ke sini," kata Mathias Muchus saat ditemui di Sanggar Teater Koma, kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, Jumat (20/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mathias Muchus mengenang sosok Nano Riantiarno yang di matanya merupakan patut diteladani dan dikagumi olehnya.
"Sosok Nano di mata saya adalah orang yang patut diteladani, orang yang konsisten, orang yang selalu menjawab semua persoalan dengan karya, itu yang membuat saya kagum dengan beliau," ungkap Mathias Muchus.
Karya-karya dari Nano Riantiarno begitu melekat dalam kenangan Mathias Muchus. Dia mengatakan karya Nano disebabkan sangat dekat dengan realita hidup dan kondisi sosial masyarakat Indonesia.
"Sosok ini sudah punya arti tersendiri buat saya, karyanya menggelitik dan dekat dengan kita. Tidak banyak memberikan mimpi dalam kekaryaan, tapi lebih mengupas masalah realita hidup dan kondisi sosial," tutur Mathias Muchus.
"Itu kontinu terus setiap tahun sampai detik ini, sudah puluhan karya yang dikeluarkan, dan itu kekaguman saya terhadap Mas Nano," sambungnya.
Kepergian sosok Nano Riantiarno memang membuat Mathias Muchus berduka. Meski begitu, ia berharap sosok yang dikaguminya itu mendapatkan tempat yang terbaik di sisi-Nya.
"Kepergian ini membuat kita harus bercermin kembali bagaimana seorang seniman di era sekarang ini, lebih mawas diri," ucap Mathias Muchus.
"Selamat jalan Mas Nano, semoga semua dosa-dosa diampuni dan ditempatkan di sisi yang terbaik. Amin," harapnya.
(ahs/tia)