Nama Hana Madness dikenal sebagai seniman disabilitas mental yang juga seorang aktivis. Sejak 2012, ia mulai terbuka kepada publik untuk bersuara tentang nilai-nilai kesehatan mental dan kemerdekaan bagi karya-karyanya.
detikcom mewawancarai gerakan aktivisme yang diperjuangkan perempuan berusia 30 tahun tersebut di kediaman pribadinya, kawasan Cipedak, Jakarta Selatan, kemarin.
Berada di balik kanvas berjudul 'Mad Liberation' yang baru saja digarapnya usai vakum dua tahun selama pandemi, Hana menuturkan sebagai seorang individu dia sudah merasa merdeka. "Saya bisa menjadi seniman profesional tanpa harus menyembunyikan identitas. Itu adalah 'sesuatu hal' di Indonesia," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Seniman Ingin Merdeka dari Rasa Takut |
Hana mengaku dahulu ketika masyarakat umum mendengar istilah kesehatan mental atau orang yang memiliki permasalahan mental, langsung mendapat cat stereotip maupun negatif. Tapi sekarang publik sudah lebih peduli dengan hal tersebut.
Sepanjang kariernya selama 10 tahun di dunia seni, Hana menuturkan berada di jalur rel yang benar. Tak disangka, dia pun bisa masuk ke dalam 'arus utama' dunia seni dan sejajar dengan para seniman non-disabilitas lainnya.
Hal tersebut yang disyukurinya. Lambat laun, namanya kian diundang untuk dapat bekerjasama dengan berbagai brand-brand kenamaan lokal hingga mancanegara sampai berbicara di IDEAFest beberapa waktu yang lalu.
![]() |
"Ternyata aku bisa masuk ke ekosistem seni yang tidak hanya disabilitas saja. Ini di luar ekspetasi, mereka nggak memandang Hana dengan disabilitas mental tapi seorang seniman visual," ungkapnya.
Ketika dirinya bisa jujur dan menjadi dirinya sendiri dan bisa berkarya, mendapat intervensi positf, serta mempertanggungjawabkan 'suara' yang disampaikan', itulah makna merdeka yang sesungguhnya bagi Hana.
"Aku mencoba membawa perubahan dengan karya visual dan suara yang aku lantangkan, berdasarkan dari pengalaman personal sejak aku kecil. Aku masih berjuang hal yang sama setiap hari," sambungnya.
Saat ini, ia juga memperjuangkan akses yang memadai bagi para seniman disabilitas serta seni harus inklusif. "Seni bisa menciptakan perubahan," pungkas Hana Madness.
Sebagai informasi, Indonesia kembali merayakan hari kemerdekaannya. Di tahun ini, Indonesia memasuki usia ke-77 tahun. Bagi Indonesia 77 tahun yang lalu, merdeka berarti terbebas dari penjajahan. Namun di masa kini, merdeka tentu memiliki makna tersendiri bagi masing-masing orang.
Dalam memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-77, detikcom menginisiasi kampanye 'Merdeka Bagi Mereka'. Di kampanye ini akan ada kumpulan kisah inspiratif tentang arti 'Merdeka Bagi Mereka' dari berbagai figur dan perspektif.
Simak terus kampanye 'Merdeka Bagi Mereka' mulai 17 Agustus 2022 di Sini!
(tia/pus)