5 Fakta WS Rendra, Sastrawan Si 'Burung Merak'

5 Fakta WS Rendra, Sastrawan Si 'Burung Merak'

Tia Agnes Astuti - detikHot
Senin, 08 Agu 2022 14:05 WIB
WS Rendra Naik Haji
5 Fakta WS Rendra yang dijuluki sebagai sastrawan si 'Burung Merak'. Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Dr Willibrordus Surendra Broto Rendra atau yang lebih dikenal sebagai WS Rendra dikenal sebagai sastrawan kenamaan Indonesia. Pria kelahiran Hindia Belanda, 7 November 1935 ini meninggal di Depok pada 6 Agustus 2009 di usia 73 tahun.

Nama WS Rendra telah malang melintang di dunia sastra Indonesia sejak puluhan tahun lalu sebelum tutup usia. Sejak remaja, dia sukses melahirkan berbagai puisi, skenario teater, cerpen, sampai esai sastra yang dipublikasikan di media massa.

Untuk mengenang WS Rendra yang meninggal pada 6 Agustus, mari mengenal kembali sastrawan yang dijuluki sebagai sang 'Burung Merak':

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Julukan Burung Merak

WS Rendra mendapat julukan sebagai si 'Burung Merak'. Kapan julukan ini disematkan terhadap sosoknya?

Sejak 1950-an, ia memulai karier sebagai seorang seniman dan penyair. Pada 1952, puisinya pertama kali terbit di Majalah Siasat. Julukan ini muncul saat WS Rendra dan seorang sahabat asal Australia mengunjungi Kebun Binatang Gembira Loka di Yogyakarta.

ADVERTISEMENT

Saat tiba di depan kandang burung merak, ada seekor merak jantan yang tengah dikerubungi merak betina. Dia pun berkata, "Seperti itulah saya'. Sejak saat itu, julukan 'burung merak' disematkan kepada sosok WS Rendra.

2. Bengkel Teater

Pada 1967, WS Rendra mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta. Melalui Bengkel Teater itu, WS Rendra melahirkan banyak seniman di antaranya adalah Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana, Adi Kurdi, dan lain-lain.

Ketika kelompok teaternya kocar-kacir karena tekanan politik, ia memindahkan Bengkel Teater ke Depok, Oktober 1985.

3. Ditangkap dan Dibui

Aktivitas WS Rendra selama menjadi seniman bukan tanpa rintangan. Dilansir dari buku berjudul Karya dan Dunianya (Bakdi Soemanto), dia pernah ditangkap dan dipenjara di Pusat Penahanan Polisi Militer Guntur.

WS Rendra dibebaskan 9 bulan tanpa diadili. Setelahnya, WS Rendra tidak diizinkan untuk menggelar pementasan puisi dan drama sampai 1986.

4. Panembahan Reso

Setelah dibui, WS Rendra kembali menulis, menyutradarai, dan main teater yang berjudul Panembahan Reso. Pada Januari 2020, Panembahan Reso 'dihidupkan kembali' yang berisi mengkritik kekuasaan rezim Orde Baru yang represif terhadap masyarakat.

Uniknya, dahulu pertunjukan ini digelar selama 7 jam lamanya namun dua tahun dipangkas menjadi 3 jam.

5. Syair Melegenda

Di dunia puisi, syair-syairnya masih dikenang sampai sekarang. Di antaranya Balada Orang-orang Tercinta, Blues untuk Bonnie, Sajak-sajak Sepatu Tua, Nyanyian Orang Urakan, Potret Pembangunan dalam Puisi sampai Sajak Sebatang Lisong.

Tak hanya dunia puisi dan teater, WS Rendra juga bergabung dalam grup musik Kantata Takwa bersama dengan Iwan Fals, Setiawan Djody, Sawung Jabo hingga Yockie Suryoprayogo.



Simak Video "Saat Anies Bacakan Puisi WS Rendra 'Rakyat adalah Sumber Kedaulatan'"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads