Ken Zuraida meninggal dunia tadi pagi. Istri budayawan WS Rendra yang juga dikenal sebagai sutradara dan pegiat teater itu berpulang menyusul suami tercinta yang meninggal pada 2009 silam.
Selama hidupnya, Ken Zuraida aktif di Bengkel Teater Rendra sejak tahun 1974. Ia telah terlibat dalam berbagai pementasan.
Ken Zuraida juga aktif berkeliling mengenalkan konsep teater yang diusung kelompok teater didikan penyair yang dikenal dengan sebutan Si Burung Merak tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan sepeninggal WS Rendra, dia tetap mempromosikan Bengkel Teater Rendra. Salah satu pertunjukan yang 'dihidupkan' kembali oleh Ken Zuraida adalah Panembahan Reso.
Pada Januari 2020, Panembahan Reso diselenggarakan lagi di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta. Pentas yang berlangsung 34 tahun lalu itu mengkritik kekuasaan rezim Orde Baru yang represif terhadap masyarakat.
Pertunjukan Panembahan Reso dahulunya digelar selama 7 jam, namun saat pentas di awal 2020 dipotong hingga 3 jam lamanya.
![]() |
Panembahan Reso merefleksikan bagaimana suatu pemerintahan, perebutan kekuasaan yang diraih dengan cara-cara licik dan penuh darah. Demi kekuasaan, anak-istri, saudara, dan sahabat pun dikorbankan.
Dalam sebuah wawancara di Ciputra Artpreneur Theater, Ken Zuraida menuturkan pementasan ulang Panembahan Reso adalah upaya untuk menghidupkan lagi mahakarya WS Rendra.
"Ini adalah salah satu cara kami agar karya-karya WS Rendra tetap hidup," ungkap Ken Zuraida kala itu.
Tak hanya Panembahan Reso, tapi Ken Zuraida pernah menghadirkan ulang pertunjukan Mastodon dan Burung Kondor di Bandung. Mastodon dan Burung kondor adalah salah satu karya drama masterpiece Rendra yang ditulisnya dalam rentang waktu 1971-1973.
![]() |
Saat dipentaskan di Yogyakarta pada 1973, karya ini sempat dicekal karena dinilai kontroversial dan berani menyinggung kekuasaan pemerintahan saat itu.
Setelah itu, naskah 'Mastodon dan Burung Kondor tidak pernah dipanggungkan oleh siapapun. Naskahnya tertidur selama 38 tahun.
Namun sebagai bakti kepada mendiang suaminya, Ken Zuraida mencoba membangunkan kembali karya suaminya, untuk dinikmati masyarakat luas.
(tia/wes)