Kolektif seniman Jatiwangi Art Factory meluncurkan hutan kolektif pertama di dunia yang bernama, Perhutana (Perusahaan Hutan Tanaraya). Aksi yang disebut sebagai gagasan kota Terrakota yang memproyeksikan lahan seluas 8 hektar itu kini menjadi kawasan konservasi sebagai hutan adat di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
Peluncuran Perhutana digelar di dua tempat sekaligus, yakni Jebor Hall, Jatiwangi Art Factory dan di Kassel, Jerman, dalam pameran seni rupa kontemporer terbesar di Eropa documenta fifteen.
Pandu Rahadian dari Jatiwangi Art Factory mengatakan dibuatnya Perhutana karena belakangan ini Majalengka menjadi kawasan industri baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenapa kita membuat hutan ini adalah upaya kami di Jatiwangi untuk menghadirkan satu area hijau yang diinisiasi oleh warga supaya tidak tersalip oleh proses industrialisasi yang tengah berkembang saat ini," kata Pandu kepada detikcom.
Perhutana juga dibuat sebagai langkah kolektif pertama di dunia. Jatiwangi Art Factory juga ingin menumbuhkan hutan baru melalui metode kavling yang mirip dengan model investasi-investasi properti.
Pandu mengatakan ke depannya Perhutana bakal menjadi hutan adat. Serta didaftarkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) setelah seluruh proses penjualan kavling terpenuhi.
Ramalis Sobandi, ketua Yayasan Tunas Nusa Lestari, lembaga yang ditunjuk oleh Perhutana sebagai salah satu dewan adat yang melindungi proses penumbuhan hutan menuturkan Perhutana bakal ditanami oleh berbagai pohon dari spesies asli Majalengka.
Mulai dari pohon Akasia Mangium, Sukun, Ketapang, dan Bungur. Bagi masyarakat umum yang ingin ikut dalam aksi, bisa membelinya.
Ada 3 manfaat didapatkan yakni memiliki sebidang tanah berukuran 4x4mΒ². Kedua, akan menerima sertifikat Terrakota yang dirancang dan terbuat dari batu bata tanah. Terakhir, mengkonversi sertifikat berbentuk NFT senilai 10 Tezos (XTZ) Crypto.
(tia/mau)