Pertengahan tahun ini, Teater Keliling yang berdiri sejak 13 Februari 1974 menggelar workshop dan kolaborasi bagi pegiat seni. Program yang dibuka pada Mei dan berlangsung hingga Oktober 2022 punya tujuan tertentu.
"Melalui program ini Teater Keliling berharap dapat menjadi wadah pembelajaran untuk komunitas khususnya di bidang seni untuk bisa menyalurkan bakatnya dan membuat sebuah pementasann sendiri nantinya," tutur Promotion Teater Keliling kepada detikcom, Marsha Syakibah.
Selama lebih dari 47 tahun, Teater Keliling sudah menggelar 1.600 pementasan di penjuru Indonesia. Teater Keliling juga sukses bertualang ke mancanegara di 11 negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Marsha mengatakan Teater Keliling ingin menginspirasi banyak orang khususnya generasi muda untuk menjadi generasi kreatif, percaya diri, dan cinta kepada Tanah Air.
"Ini sesuai dengan visi misi Teater Keliling yang dapat menjadi wadah kreatif bagi generasi muda untuk dapat melestarikan sejarah, seni, dan budaya bangsa," katanya.
Teater Keliling didirikan oleh Jajang C Noer, Saraswaty Sunindyo, Willem Willem Patiradjawane, dan beberapa nama seniman lainnya. Teater Keliling telah memiliki sejumlah catatan penting dalam perjalanannya.
Salah satunya tercatat memiliki pengalaman dalam pelatihan dan pelaksanaan pementasan teater dan seni. Pencapaian dalam bentuk penghargaan pun telah diraih di antaranya adalah Rekor MURI sebagai teater dengan pementasan terbanyak (2010), Abdi Abadi FTI (2016), Bentara Budaya (2017), dan sejumlah penghargaan lainnya.
Sebelumnya Teater Keliling juga memecahkan rekor dunia Guiness The Largest Ramayanan Dance in the World yang digelar 1 Desember 2019 di Ciputra Artpreneur Theatre. Karya itu diadaptasi dari novel Rahwana Putih karya Sri Tedy Rusdy.
'The Great Rahwana' mengisahkan sisi lain dari seorang Raja di negeri Alengkadiraja, Prabu Rahwana, yang rela mengorbankan segalanya atas rasa cinta kepada Dewi Sinta. Ia adalah putri dari negeri Ayodya yang merupakan istri Raja Rama Wijaya.
(tia/mau)