.webp)
Invasi Rusia ke Ukraina masih masih berlangsung setelah serangan pertama yang terjadi di pusat kota. Di tengah gencatan senjata tersebut, ternyata banyak warga Rusia termasuk pemilik galeri seni yang tidak ingin perang.
Mereka sepakat ingin damai dan perang tidak akan menyelesaikan apapun. Bahkan mereka hanya ingin agar dunia seni internasional memperhatikan mereka.
"Banyak dari kita (pemilik galeri) merasa sangat terisolasi selama beberapa waktu," kata seorang pemilik galeri di Moskow, Ekaterina Iragui, seperti dilansir berbagai sumber, Jumat (25/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan perang sama-sama tidak menguntungkan bagi Rusia dan Ukraina. "Sangat picik juga mengaitkan seluruh dunia seni Rusia dengan apa yang dilakukan pemerintah," katanya.
Anggota kolektif seni Rusia Chto Delat, Dmitry Vilensky mengatakan sejak tahun 2014, ruang untuk aktivisme politik di Rusia semakin terbatas. Kebanyakan orang di dunia seni kontemporer Rusia tidak mendukung perubahan dalam bidang kebudayaan.
Para pelaku seni Rusia juga kecewa karena mereka sama sekali tidak bisa memamerkan dan memajang karya para seniman di berbagai event internasional. Misalnya saja dalam pameran seni dua tahunan bertaraf internasional, Documenta, yang bakal dihelat tahun ini di Kassel pada 18 Juni sampai 25 September 2022.
"Sudah ada boikot tertulis. Bukan hanya untuk seniman Rusia, tapi seluruh negara Eropa Timur," tegasnya.
"Tampaknya kami (dunia seni Eropa Timur) kurang terwakili di panggung internasional," sambungnya.
Bahkan selama 10 tahun terakhir, tidak ada satu galeri seni Rusia pun yang hadir dalam ajang Art Basel di Swiss. Nama Moskow tidak terdaftar sebagai kota di halaman galeri Art Basel.
Hanya satu galeri yang pernah merasakan memajang karya di Art Basel yakni Galeri Regina dari Moskow dalam Art Basel 2011 dan 2012.
"Sebagian besar memboikot kami akibat kebijakan dan tindakan pemerintah Rusia," tegasnya.
(tia/wes)
