Terlahir Saat Pandemi, Grup Jayadwara Asal Sumedang Targetkan Rambah Eropa

Nur Azis - detikHot
Minggu, 12 Des 2021 19:55 WIB
Foto: Photo by Eva Tobing/Eva Tobing
Sumedag -

Tidak dapat dipungkiri Pandemi COVID-19 sempat memporak-porandakan hampir seluruh sektor kehidupan. Tidak terkecuali dunia kesenian dalam hal ini turut terdampaknya para seniman di tanah air.

Pandemi COVID-19 sempat membuat vakum seni pertunjukan hingga membuat banyak seniman yang kelimpungan dibuatnya. Berangkat dari situ, sejumlah seniman asal Kabupaten Sumedang mencoba bangkit dengan membentuk sebuah grup musik yang mengusung musik tradisional karawitan Sunda.

Grup musik tersebut, yakni Jayadwara Percussion (JDP) yang terbentuk di tengah pandemi melanda Indonesia atau tahun 2020. Grup musik yang beberapa pemainnya pernah tampil di beberapa negara seperti Malaysia, China, Turki dan Perancis ini, menargetkan dapat merambah pasar Eropa di tahun 2022.

Pengambilan gambar komunitas musik tradisional yang berasal dari Sumedang, Jawa Barat, Jayadwara Percussion pada acara International Ethnic Music Festival 2021 di Teater Kecil, 15/09/2021. Acara akan disiarkan melalui kanal Youtube Dewan Kesenian Jakarta pada festival yang berlangsung dari 24-26 September.(Foto : Eva Tobing) Foto: Photo by Eva Tobing/Eva Tobing

Penjajakan pun sudah mulai dilakukan dengan melibatkan beberapa kurator maupun produser musik. Bahkan sejumlah pentas musik mulai dijajakinya, sebut saja salah satunya tampil pada event International Ethnic Music Festival di Dewan Kesenian Jakarta 2021.

Bahkan karya JDP juga terpilih pada event Bahana Benua Raja, Indonesian World Music Series di Kutai Kartanegara 2021. Belum lagi pada event-event lainnya baik secara off air ataupun virtual.

Jajang Badru Solihin, selaku Manajer JDP mengungkapkan Jayadwara Percussion memiliki fokus dalam upaya pelestarian serta pengembangan musik karawitan Sunda agar mampu diterima secara lebih universal.

"Diupayakan melalui pengemasan serta inovasi seluruh unsur pertunjukan baik yang bersifat auditif maupun visual disesuaikan dengan target pasar Internasional," ungkapnya kepada detikcom.

Ia mengatakan JDP sendiri terlahir dari keresahan para seniman Sumedang yang tergabung di JDP saat pandemi Covid-19 memporak porandakan dunia seni berserta para senimannya.

"JDP lahir dari keresahan-keresahan para seniman yang tergabung di JDP saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia," terangnya.

JDP, kata dia, awalnya didirikan oleh dua orang seniman akademis yang juga berprofesi sebagai pendidik di bidang seni Karawitan Sunda.

"Kemudian JDP turut melibatkan generasi muda sebagai regenerasi dalam upaya memberdayakan Sumber Daya Manusia (SDM) kebudayaan yang memiliki peluang lebih untuk berkembang," ujarnya.

JDP memiliki 12 personil, diantaranya Wendi Kardiana (Kendang 1), Taufik Candiansyah (Rebab), Fuzi Angelia Gamaludin (Vokal), Nikola Natadipraja (Percussi), Salim Kahamad Alkaufi
(Kendang 2), Alamsyah Aditria (Kacapi), Bima Muhammad Wicaksana (Kacapi Bass), Bhisma Raka Nalendra (Bonang), Sendy Dian Permana (Suling), Wildan Waliyudin (Gambang), Syahrul Ansori (Goong) dan M. Faishal Hidayatulloh (Saxophone).

(Baca halaman berikutnya).



Simak Video "Menengok Klinik Khusus Lansia Inggit Garnasih"

(tia/tia)
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork