Yayasan Bali Purnati bersama Pemerintah Desa Batuan mengagas program kebudayaan yang bertemakan Jiwa Gambuh. Digelar di situasi pandemi COVID-19, program berlangsung di Desa Batuan, Bali, untuk menemukan rangkaian potensi seni budaya di desa tersebut.
Salah satu fokus pada program Jiwa Gambuh adalah drama tari Gambuh yang menjadi salah satu praktek kesenian di Bali.
"Kami memilih drama tari Gambuh untuk diteliti karena drama tari klasik ini menjadi sumber dari banyak tarian, musik, dan teater di Bali," tulis keterangan pers yang diterima detikcom, Selasa (5/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yayasan Bali Purnati mengatakan kegiatan ini didasari dari amanat yang terkandung dalam Undang-Undang Kebudayaan yaitu yaitu Pembinaan, Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan, objek Pemajuan Kebudayaan, dan Warisan Cagar Budaya.
Kegiatan awal sudah berlangsung sejak April 2021 dan masih berlangsung sampai bulan ini. Selama waktu 5 bulan telah digelar sejumlah pertunjukan 5 Sekaa Gambuh yang ada di desa Batuan.
![]() |
Di antaranya Sekaa Sunari Wakya, Sekaa Mayasari, Sekaa Satriya Lelana, Sekaa Tri Pusaka Cakti, dan Sekaa Kakul Mas. Kelima Sekaa tersebut mementaskan Gambuh di beberapa titik lokasi di
Yayasan Bali Purnati dan satu Sekaa mementaskan di Pura Puseh Batuan saat malam Purnama.
Setiap pementasan dilakukan pendokumentasian, juga pendokumentasian detail dari kostum, alat musik, dan juga proses berlatih di masing-masing Sekaa.
"Pementasan tersebut berlangsung dari tanggal 17,18,19 September 2021 dan puncaknya di tanggal 21 September 2021 pada saat purnama kapat di Pura Puseh Batuan," lanjut Yayasan Bali Purnati.
Nantinya, program Jiwa Gambuh akan berlanjut dengan pameran lukisan gaya batuan dengan tema yang sama. Diikuti oleh 13 pelukis dewasa dan 8 pelukis anak-anak Batuan.
(tia/tia)