Serunya Tontonan Teater Anak di Gulali Festival

Serunya Tontonan Teater Anak di Gulali Festival

Tia Agnes - detikHot
Sabtu, 02 Okt 2021 12:21 WIB
Gulali Festival
Foto: (Foto: Rangga Yudhistira)
Jakarta -

Seperti namanya gulali yang rasanya manis tampaknya menjadi satu kata tepat untuk menggambarkan Gulali Festival. Dibuka dengan pentas daring Sasikirana Koreo Lab dan Dance Camp Didik & Dian, selama tiga hari ke depan Gulali Festival bakal menemani akhir pekanmu.

Gulali Festival diinisiasi oleh Ayo Dongeng Indonesia dan Papermoon Puppet Theatre, kelompok teater boneka asal Yogyakarta yang konsisten menggelar festival serupa bernama Pesta Boneka. Mulai Jumat (1/10), ada lima pementasan yang digelar.

Di hari pertama sesi kedua ada Aniwayang Studio dan The Sasonos Fam. Aniwayang Studio yang menampilkan lakon berjudul Desa Timun itu menceritakan tentang kisah tiga anak kancil bernama Cila, Cili, dan Cilo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cila seekor anak kecil paling besar yang gemar membaca buku dan punya banyak ide. Ada Cili yang lebih tinggi dari kakaknya karena suka makan, dan Cilo yang gemar dengan bola.

"Ini adalah cerita tentang Cila, Cili, dan Cilo yang akan diceritakan dengan gaya wayang. Tapi bukan sembarang wayang karena ada sesuatu ajaib dari Kakak yang akan ditampilkan," ujar Daud sebagai dalang di Aniwayang Studio saat membuka pertunjukan.

ADVERTISEMENT
Gulali FestivalGulali Festival Foto: (Foto: Rangga Yudhistira)

Selama 15 menit, Aniwayang Studio sukses memukau lewat pentas virtual perpaduan antara seni wayang dan animasi. Tim yang terdiri dari seniman berdomisili di Shanghai dan Yogyakarta itu menyiapkan pentas selama dua bulan lamanya.

Usai pentas, Daud mengatakan untuk mewujudkan pentas Desa Timun, Aniwayang Studio butuh tim di balik layar. Ada yang membuat naskah cerita, storyboard, gambar, wayang, dalang, animasi, tim musik, dan lain-lain.

"Ini seperti wayang kulit tapi kami gabungkan lagi dengan animasi dan musik biar jadi lebih seru," kata Daud.

Seniman pembuat wayang, Ela dan Sapto asal Yogyakarta mengatakan mereka memesan wayang yang terbentuk dari karbon itu lalu mempercantik dengan ornamen lainnya. Setiap adegan yang ditampilkan membutukan beberapa wayang.

Baca halaman berikutnya soal serunya nonton teater anak di Gulali Festival.

"Misalnya adegan ketika ayam harus terban ya, gimana ya caranya. Gerakan wayang ayam begini ya. Kalau mau lompat haru mundur dulu, jadi kita bolak-balik mencoba. Rekam pertama salah, kedua juga. Ketiga baru oke," lanjut Ela.

Usai pertunjukan, penonton yang menonton dengan sistem donasi ada sekitar 120 orang juga terlihat antusias bertanya. Sebagian besar penonton adalah anak-anak.

Gulali Festival digelar sebagai media untuk merayakan kebahagiaan lewat tontonan virtual yang ditonton bersama-sama.

Ria Papermoon dan Ariyo Zidni dari Ayo Dongeng Indonesia mengatakan sudah sejak lama ingin membuat pertunjukan khusus yang disiapkan untuk anak-anak Indonesia.

"Pertunjukan seperti ini belum pernah ada di Indonesia. Kami berbekal pengalaman menggeluti dunia pertunjukan boneka dan dongeng, kami memantapkan diri untuk berkolaborasi membuat festival ini," kata Ria dan Ariyo Zidni.

Gulali FestivalGulali Festival Foto: (Foto: Rangga Yudhistira)

Mereka pun melanjutkan, "Kami mengajak para seniman lintas disiplin untuk ikut terlibat di dalamnya."

Gulali Festival merupakan pertunjukan percampuran antara teater boneka, dongeng, musik, tari, dan beragam bentuk seni lainnya. Selama tiga hari penyelenggaraan, festival menghadirkan aneka pertunjukan.

Bagi kamu yang ingin menonton sampai 3 Oktober 2021, cek jadwal pertunjukan di akun Instagram Gulali Festival ya!



Simak Video "Papermoon Puppet Theatre Angkat Isu Sampah di Stream Of Memory"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads